Sunday, June 4, 2017

Makalah PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, RUJUKAN, DAN DAFTAR PUSTAKA

Share it Please


PENGUTIPAN, CATATAN KAKI,
RUJUKAN, DAN DAFTAR PUSTAKA








Disusun Oleh :
ADITYA PUTRA PRATAMA       B11116382
ANGELIA AINUN HANUM          B11116365
FADILLAH NUR IKHSANI          B11116368
FADYA INDIRA ALFATIH          B11116371
FATWAL ISLAMIATY                  B11116364
OFELIA GRACIA SANTONO      B11116338
SRI UTAMI WAHYU C.                B11116356


UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAB XIV
PENGUTIPAN, CATATAN KAKI,
RUJUKAN, DAN DAFTAR PUSTAKA

     Sistem Pembelajaran
               Setelah mempelajari materi bab ini mahasiswa diharapkan mampu :
1.    Menjelaskan pengertian dan tujuan membuat kutipan;
2.    Menjelaskan cara-cara mengutip berupa kutipan langsung dan kutipan tidak langsung;
3.    Menyebutkan beberapa prinsip mengutip;
4.    Menjelaskan tujuan membuat catatan kaki;
5.    Menjelaskan prinsip-prinsip membuat catatan kaki;
6.    Menyebutkan jenis-jenis catatan kaki;
7.    Mengemukakan unsur-unsur rujukan;
8.    Menjelaskan teknik penyajian rujukan;
9.    Mengemukakan fungsi dan unsur daftar pustaka;
10.                        Membedakan cara membuat daftar pustaka berdasarkan sumbernya;


Materi
  1. Pendahuluan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan seseorang yang terkenal yang terdapat dalam buku-buku,majalah-majalah,dan surat kabar. Kutipan juga dapat diambil dari ucapan langsung seseorang ilmuan atau tokoh terkenal baik melalui pidato,wawancara,maupun melalui diskusi. Jadi kutipan selain melalui sumber tertulis,juga dapat melalui sumber lisan.
Dalam penulisan karya ilmiah, baik penulisan makalah, skripsi, tesis, disertasi, maupun penulisan laporan hasil penelitian,seseorang penulis kadang-kadang menggunakan kutipan. Kutipan yang dicantumkan dalam karya tulis tersebut dimaksudkan untuk menegaskan isi uraian dan untuk menunjang serta untuk memperkuat gagasan serta ide-ide yang dikemukakan dalam karya tulis tersebut.
   Meskipun dalam penulisan karya ilmiah diperkenankan mengutip pendapat, seorang penulis hendaknya jangan terlalu banyak menggunakan kutipan. Hal ini dimaksudkan agar karya tulis yang dibuat tidak dianggaqp sebagai himpunan dari berbagai macam pendapat. Sebuah karya tulis tidaklah berarti bahwa di dalamnya harus ada kutipan. Penulis boleh saja tidak menggunakan kutipan karena kutipan dipakai untuk menegaskan isi uraian. Kutipan sebaiknya diambil seperlunya agar tidak merusak isi uraian yang sebenarnya. Kutipan sebaiknya juga jangan terlalu panjang karena kutipan yang terlalu panjang kadang-kadang dapat membuat pembaca lupa bahwa apa yang dibacanya pada halaman tersebut hanyalah kutipaan.
   Catatan kaki adalah keterangan-keterangan terhadap teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan. Catatan kaki dipakai untuk menunujukkan sumber tempat terdapatnya dan untuk memberi keterangan-keterangan lain terhadap teks karangan.
            Hubungan antara kaki dan teks yang dijelaskan itu biasanya dinyatakan dengan nomor penunnjukkan yang sama atau tanda asterik, baik yang terdapat dalam teks maupun dalam catatan kaki itu sendiri. Misalnya, nomor urut  penunjukkan (.....1),(.....2), (....3) atau tanda asterik (.....*), (.....**), (......***). Nomor atau tanda asterik ini ditulis agak ke atas dari baris ketikan biasa. Demikian pula, rujukan dan daftar pustaka merupakan dua hal yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis dan distertasi. Rujukan digunakan untuk menunjukkan kepada pembaca tempat atau sumber suatu kebenaran yang telah dibuktikan orang lain atau tempat pengambilan kutipan. Daftar pustaka digunakan untuk membantu pembaca memperoleh gambaran menyeluruh tentang keluasaan pembaca penulis yang mendukung gagasannya. Selain itu, dapat pula menjadi pentunjuk bagi pemabaca yang  berminat mendalami masalah tertentu yang dibahas oleh penulis. Pembaca juga dapat menuluri sumber-sumber acuan yang terdapat dalam daftar pustaka.
 2.  Jenis Kutipan
Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Perbedaan kedua jenis kutipan ini harus diperhatikan karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila dimasukkan ke dalam tulisan.
2.1 Kutipan Langsung
Yang dimaksud kutipan langsung adalah kutipan yang diambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat sesuai dengan teks aslinya. Kutipan langsung ini bentuknya ada yang panjang dan ada yang pendek. Apabila kutipan itu kurang dari empat baris ketikan termasuk kutipan pendek dan bila lebih dari empat baris ketikan termasuk kutipan panjang. Kedua bentuk kutipan ini masing-masing mengikuti tata cara pengutipan yang berbeda. Perbedaannya dapat dilihat berikut ini.

(a ) Kutipan langsung yang kurang dari empat baris ketikan dilakukan dengan cara
(1)   Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks,
(2)   Jarak antara baris dan baris berikutnya sama dengan jarak baris dalam uraian,
(3)   Kutipan itu diapit oleh tanda kutip,
(4)   Sesudah kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman, atau di belakang kutipan itu diberi nomor urut penpunjukan setengah spasi ke atas.
Contoh:
Salah satu sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seseorang dalam melakukan penelitian adalah bersikap terbuka “Orang yang bersikap ilmiah selalu terbuka, yaitu selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain, walaupun berbeda pendiriannya. Orang yang bersikap terbuka tidak menutup mata terhadap kemungkinan yang lain”. (Brotowidjoyo, 2004:33). Sikap ini merupakan sikap operasionalisasi dari sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang penulis karangan ilmiah. Sifat atau watak ini menggambarkan dan merupakan manifestasi jiwa.
(b) kutipan langsung yang lebih dari empat baris ketikan dilakukan dengan cara:
(1) kutipan itu dipisahkan  dari teks dengan jarak 2,5 spasi,
(2) jarak antara baris dan baris kutipan satu spasi (spasi rapat),
(3) boleh atau tidak diapit oleh tanda kutip
(4) seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketukan, dan  bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
Contoh:
Bernilai tidaknya karya tulis ditentukan oleh banyak faktor. Faktor tersebut merupakan salah satu kesatuan yang tidak bisa dilalaikan oleh seorang penulis. Hal ini dikemukakan oleh Keraf (1998 : 122) sebagai berikut.
             Sebuah karya tulis tidak dianggap bernilai apabila pemikirannya kabur dan ditulis tergesa-gesa, tidak memiliki gagasan sentral, tetapi hanya mengungkapkan pernyataan yang lepas. Apa yang dikemukakan merupakan klise-klise umum atau pikiran dan pendapat orang lain tanpa mengemukakan hasil pikirannya sama sekali : tulisan itu tidak dikembangkan dengan baik untuk menjawab persoalan-persoalan tentang topik atau bagian-bagiannya. Di samping itubtidak bernilai kalau susunannya tidak teratur, tidak mengikuti aturan yang logis dan koherensi atau kepaduannya kurang baik. Pendeknya sebuah karangan atau tulisan tidak bernilai sama sekali kalau penulisannya tidak berusaha mencari informasi-informasi untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mengetahui persoalan itu.
Bila dalam kutipan langsung terdapat kesalahan atau keganjilan misalnya dalam persoalan pengetikan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, ia hanya mengutip sebagaimana adanya.  Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini, kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan kaki itu dpat ditampatkan sebagai  catatan kaki atau dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat […….]. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan di belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan atau yang disetujui itu. Misalnya kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya diberi catatan singkat : [sic].
Kata sic! yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh :
            “Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu
berusaha mencari bentuk kata yang mengandung makan [sic] sentral distribusi yang
terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh”.
Catatan :
            Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak seharusnya makna

2.2       Kutipan Tidak Langsung
            Kutipan tidak langsung biasa juga disebut kutipan isi. Kutipan ini merupakan
pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau penulis berupa inti sari atau ikhtisar
dari pendapat tersebut. Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip secara
keseluruhan kata dan kalimat yang terdapat dalam teks aslinya. Penulis hanya
mengambil inti atau sari dari teks tersebut. Oleh karena itu, kutipan tidak langsung
tidak perlu menggunakan tanda kutip. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kutipan tidak langsung:
(1)   kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks,
(2)   jarak antara baris dengan dengan baris sama dengan jarak uraian dalam teks,
(3)   kutipan tidak diapit oleh tanda kutip,
(4)   sesudah kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun terbit,
dan nomor halaman, atau di belakang kutipan itu diberi nomor urut penunjukan
setengah spasi ke atas.
Contoh :
            Apabila kita kaji lebih jauh tentang penduduk asli Indonesia yang tertua,
kita harus kembali melihat bukti-bukti peninggalan bersejarah. Pada zaman prehistoris,
penduduk asli Indonesia yang tertua mempunyai bentuk dan ciri-ciri fisik yang berbeda
dengan manusia sekarang. Hal ini dapat kita lihat pada fosil-fosil dan alat-alat yang ditemukan oleh para ahli antropologi. Manusia pada zaman tersebut masih hidup secara berkelompok dan hidup berpindah-pindah (Koentjaraningrat, 1982 : 3).
2.3       Kutipan atas Ucapan Lisan
            Selain melalui sumber tertulis, kutipan juga dapat diperoleh melalui ucapan langsung dari seorang tokoh atau ilmuan. Prinsip pengutipan yang diambil dari sumber lisan ini sama dengan prinsip pengutipan yang telah disebutkan di atas (bergantung jenis kutipan yang digunakan).
Contoh :
            Dalam seminar sehari tanggal 28 Oktober 1992, Mattulada mengatakan a.l.”Budaya Indonesia dewasa ini, khususnya budaya Bugis-Makassar telah banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya asing. Masuknya budaya asing ke wilayah Indonesia telah banyak memberikan dampak negatif terhadap perkembangan budaya Indonesia”.

3.         Catatan Kaki 
      Pada dasarnya catatan kaki dibuat untuk maksud-maksud sebagai berikut ini.
  1. Menyusun pembuktian.
  2. Menyatakan utang budi.
  3. Menyampaikan keterangan tambahan.
  4. Merujuk bagian lain dari teks.

3.1       Prinsip Membuat Catatan Kaki
            Untuk membuat catatan kaki, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut :
(1)   Hubungan catatan kaki dengan teks
Hubungan catatan kaki dengan teks harus dinyatakan secara jelas oleh nomor penunjuk, baik dalam teks maupun dalam catatan kaki. Nomor penunjuk pada catatan kaki dan teks selalu ditempatkan agak ke atas setengah spasi dari baris teks yang bersangkutan dan pada catatan kaki setengah spasi di bawah garis untuk catatan kaki tersebut.
(2)   Nomor urut penunjukan
Pemberian nomor urut penunjukan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, nomor urut penunjukan yang berlaku untuk tiap bab ; dan kedua, nomor urut penunjukan yang berlaku untuk seluruh karangan. Pemakaian nomor urut penunjukan tersebut masing-masing mempunyai konsekuensi tersendiri.
Bila nomor urut penunjukan berlaku hanya untuk tiap bab, konsekuensi pertama adalah bahwa untuk tiap bab selalu dimulai dengan nomor urut pertama untuk catatan pertama. Kemudian dilanjutkan dengan nomor urut berikutnya sampai pada akhir bab. Konsekuensi yang kedua adalah bahwa nama pengarang dan sumber untuk pertama kali disebut dalam suatu bab disebut secara lengkap. Penunjukan berikutnya atau sumber yang sama dalam bab tersebut akan mempergunakan singkatan ibid, atau nama singkat pengarang dengan singkatan op.cit atau koc.cit.
Sebaliknya bila nomor urut pertunjukan itu berlaku untuk seluruh karangan, penunjukan sumber secara lengkap hanya dipergunakan untuk penyebutan yang pertama kali. Penunjukan berikutnya atas sumber yang sama dalam seluruh karangan itu akan mempergunakan singkatan Ibid, atau nama singkat pengarang ditambah singkatan op.cit, dan loc.cit tanpa mempersoalkan apakah itu terdapat pada penyebutan pertama dalam bab berikutnya.
3.2       Teknik Penyusunan Catatan Kaki
            Penyusunan catatan kaki memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, yaitu:
(1)   Jarak antara baris terakhir dari catatan kaki denga batas margin bawah 3 spasi,
(2)   Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis pembuatan teks uraian dengan catatan kaki mulai margin kiri sepanjang 15 ketukan,
(3)   Dalam jarak 2 spasi dari garis pembatas, diketik nomor urut penunjukan dengan jarak 5-7 ketukan dari margin kiri,
(4)   Sesudah nomor urut penunjukan, dalam jarak setengah spasi ke bawah mulai diketik baris pertama catatan kaki,
(5)   Jarak antara baris pada catatan kaki menggunakan spasi rapat, sedangkan jarak antara catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) dua spasi,
(6)   Baris kedua pada catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.

3.3       Cara Membuat Catatan Kaki
            Cara membuat catatan kaki mempunyai hubungan pula dengan teks pada halaman yang sama. Berikut ini diperlihatkan beberapa contoh catatan kaki. Referensi buku dengan seseorang pengarang.

            1
            Gorys Keraf, Komposisi (Ende Flores, 2004), hlm. 201.

Catatan:
a)      Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik susunannya.
b)      Antara nama pengarang dan judul buku di antarai tanda koma (,). Antara judul buku dan data publikasi tidak ada titik atau koma.
c)      Tempat dan tahun terbit ditepatkan dalam tanda kurung; penerbit tidak perlu di cantumkan.


Referensi buku dengan dua sampai tiga pengarang
______________________
            2
             Rasyid Sartunu, Iamuddin Finoza, Siti Aisyah Sundari, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta,2002), hlm. 74.
______________________
            3
             Yulius S, et.al., Kamus Baru Bahasa Indonesiai (Surabaya, 1980), hlm. 80.

Refrensi buku yang teridiri atas dua jilid atau lebih
______________________
            4
             Kartini Kartono, Psychology Wanita (Jilid 1, Bandung, 1997), hlm. 88-89.
______________________
            5
             Ibid. hlm. 86.


Catatan :
            Ibid adalah singkatan dari ibidem  yang berarti di tempat yang sama. Ibid. dipakai untuk menunjuk sumber yang sama dan belum diantarai sumber lain. Bila halamannya sama, hanya digunakan singkatan ibid., bila halamannya berbeda, sesudah singkatan ibid. dicantumkan pula nomor halaman.

Refrensi sebuah edisi karya seorang pengarang atau lebih
______________________
            6
             Lukman Ali, ed. Bahasa dan Kesustraan Indonesia, sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru. (Jakarta, 2004), hlm. 85-87.
______________________
            7
             Kartono Op,cit. hlm. 88.
Catatan :
Op,cit. adalah singkatan dari Opera citato yang berarti pada sumber yang telah disebutkan, tetapi telah diantarai oleh sumber yang lain. Sesudah nama singkat pengarang, dicantumkan singkatan Op,cit., disertau nomor halaman.

Referensi dari sebuah artikel harian
______________________
            8
             Agam Wijaya,"Berpikir untuk Masa Depan", Kompas, 19 Januari, 2008, hlm. 5.
______________________
            9
             Hasan Ali, "Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia" (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang 1982), hlm. 30.
______________________
            10
             Wijaya, Loc. cit.
Catatan :
Loc. cit. adalah singkatan dari Loco Citatao yang berarti pada sumber yang telah disebutkan berupa artikel-artikel atau ensiklopedia pada halaman yang sama, tetapi telah diantarai oleh sumber lain. 2. Rujukann.
4.    RUJUKAN
       Rujukan adalah sumber tempat pengambilan kutipan yang ditempatkan di depan atau di belakang kutipan. Unsur-unsur rujukan mencakup nama pengarang, tahun terbit, dan halaman yang dikutip dari sumbernya. Penempatan sumber rujukan itu dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, sebelum kutipan, dengan menuliskan unsur nama singkat pengarang, tahun dan halaman yang ditempatkan dalam tanda kurung, misalnya Parera (1990 : 168). Kedua, ditempatkan sesudah kutipan dengan menuliskan unsur nama singkat pengarang, tahun, dan halaman semuanya dalam tand kurung, misalnya (Parera, 1990:168).
       Berikut ini disajikan secara berturut-turut cara penyajian rujukan.
1)        Nama penulis yang bukunya ditunjuk dalam uraian teks hanya disebutkan bagian akhirnya saja (bila nama tersebut lebih dari satu kata)
Contoh : Menurut Keraf (1985 : 20) .................................................................................
Catatan : nama lengkapnya Gorys Keraf.
2)        Jika terdapat dua penulis yang kebetulan mempunyai nama akhir sama dan menulis pada tahun yang sama pula, untuk membedakannya di belakang tahun ditandai dengan abajad a, b, dan seterusnya.
Contoh :
             .........................................................................................(Abdullah,1992 a : 75),
             .........................................................................................(Abdullah,1992 b : 85),
Catatan : nama lengkapnya Hamid Abdullah dan Bustan Abdullah.
3)        Jika penulisnya dua orang, kedua nama akhirnya di antarai oleh kata dan
Contoh :
             ...........................................................................(Astrid dan Susanto, 1985 : 18),
4)        Jika penulisnya lebih dari dua orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicatumkan, yang lainnya diganti dengan singkatan dkk.
Contoh :
                        ........................................................................................(Ramlan,dkk, 1997 : 6),
5)        Jika kutipan bersumber dari buku suntingan atau risalah, yang ditulis adalah nama penulis asli bukan nama penyuntingnya.
Contoh :
             .............................................................................................(Soerjono, 1975 : 9),
5.    DAFTAR PUSTAKA
Secara keseluruhan fungsi daftar pustaka ada dua, yaitu :
1)        Memberikan deskripsi yang penting tentang buku, majalah, harian secara keseluruhan; dan
2)        Sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki, maksudnya adalah apabila seorang pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang terdapat pada catatan kaki, ia dapat mencarinya dalam daftar pustaka.
Unsur-unsur penting yang harus dimasukkan dalam sebuah daftar pustaka adalah :
1)        Nama pengarang yang dibalik susunannya;
2)        Judul buku termasuk judul tambahannya;
3)        Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan keberapa, nomor jilid (kalau ada);
4)        Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun.
       Cara menyusun daftar pustaka tidak seragam bagi semua bahan referensi, bergantung pada sifat baha referensi itu. Cara menyusun daftar pustaka mengenai buku berbeda dengan majalah dan harian; demikian pula terhadap manuskrip yang belum diterbitkan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan, ada hal penting yang selalu dicantumkan, yaitu nama penulis, judul dan data publikasi.
       Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad dari nama pengarangnya. Untuk maksud tersebut nama pengarang harus dibalik susunannya. Jarak baris dengan baris adalah spasi satu, sedangkan jarak daftar pustaka yang satu dengan pustaka yang lain adalah spasi ganda. Tiap pustaka disusun secara sejajar vertikal, dari margin kiri. Bila ada dua karya atau lebih ditulis oleh seorang pengarang, pengulangan namanya dapat ditiadakan dengan menggantikannya sebuah garis panjang sepanjang 5-7 ketikan yang disusul sebuah tanda titik.
       Cara membuat daftar pustaka dapat diuraikan sebagai berikut ini.
1)        Dengan seorang pengarang
Ambari, Abdullah. 1999. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Djatnika. Bandung.
Catatan :
a)        Nama keluarga (fam) lebih dahulu kemudian nama sebenarnya. Jika buku itu disusun oleh sebuah komisi atau badan atau lembaga, nama itu yang menggantikan nama pengarang.
b)        Judul buku harus dicetak miring dan tanda titik pada setiap unsur data publikasi: sesudah nama pengarang, sesudah tahun terbit, dan sesudah tempat penerbit.
c)        Jika nama penerbit mendahului tempat penerbit, di antaranya disisipi tanda koma.

2)        Buku dengan dua atau lebih pengarang
            Sartuni, Rasyid, Lamuddin, Siti Aisyah Sundari. 1994. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Nina Dinamika: Jakarta.
Catatan :
Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.

3)        Buku dengan banyak pengarang  (lebih dari tiga)
Yulius, S. et. al. 1990. Kamus Baru Bahasa Indonesia. Usaha Nasional: Surabaya.
Catatan :
       Hanya nama pengarang pertama dicantumkan dan dibalik susunannya. Nama yang lainnya diganti dengan singkatan et.al. (dan lain-lain).

4)        Buku dengan edisi berikutnya mengalami perubahan
Keraf, Gorys. 1995. Komposisi. cet. ke-6. Nusa Indah: Ende Flores.
5)        Buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih
Badudu, J.S.. 1985. Membina Bahasa Indonesia Baku. 2 Jilid. Pustaka Prima: Bandung.

6)        Sebuah edisi dari karya seorang pengarang atau lebih
Ali, Lukman, ed. 1995. Bahasa dan Kesustraan Indonesia, sebagai Cerminan Manusia Indonesia Baru. Gunung Agung: Jakarta.

7)        Sebuah buku terjemahan
Multatuli, Max Havelelaar, atau Lelang Kopo Persekutuan Dagang Belanda. Terj. H.B. Jassin. 1972. Djambatan: Jakarta.

8)        Artikel majalah, artikel harian
Samsuri. 1960. "Sistem Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Ejaan Baru", Medan Ilmu Pengetahuan. I : 323-341. (Oktober).

9)        Tesis atau Disertasi yang belum diterbitkan
Ali, Hasan. 1982. "Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia". Skripsi Sarjana FSUH. Ujung Pandang.

Selain cara-cara membuat daftar pustaka yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi cara membuat daftar pustaka yang lain dengan ketentuan sebagai berikut ini.
a)    Susunan unsur daftar pustaka: nama pengarang (yang sudah dibalik susunannya), tahun terbit, judul, dan data publikasi yang lain.
b)   Bila ada dua atau tiga buku dari seorang pengarang yang dimasukkan dalm daftar pustaka, buku itu disusun menurut tahun terbitnya dari yang kecil kepada yang besar, misalnya 1978, 1979, 1980,dst.
c)    Bila ada dua atau lebih buku dari seorang pengarang diterbitkan dalam tahun yang sama, di belakang tahun terbit diberi nomor urut abjad, misalnya a, b, c, dst.
Contoh :
Badodu, J.S. 1970. Membina Bahasa Indonesia Baku. 1 jld. Pustaka Prima: Bandung.
_________. 1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. 2 jld. Pustaka Prima: Bandung.
_________. 1983. Ilmiah Bahasa Indonesia yang Benar. Gramedia: Jakarta.
Tarigan, H.G. 1985a. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Angkasa: Bandung.
__________. 1985b. Pengajaran Semantik. Angkasa: Bandung

No comments:

Post a Comment

Blogroll

About