PENGUTIPAN,
CATATAN KAKI,
RUJUKAN,
DAN DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
ADITYA PUTRA PRATAMA B11116382
ANGELIA AINUN HANUM B11116365
FADILLAH NUR IKHSANI B11116368
FADYA INDIRA ALFATIH B11116371
FATWAL ISLAMIATY B11116364
OFELIA GRACIA SANTONO B11116338
SRI UTAMI WAHYU C. B11116356
UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAB
XIV
PENGUTIPAN,
CATATAN KAKI,
RUJUKAN,
DAN DAFTAR PUSTAKA
Sistem Pembelajaran
Setelah
mempelajari materi bab ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan
pengertian dan tujuan membuat kutipan;
2. Menjelaskan
cara-cara mengutip berupa kutipan langsung dan kutipan tidak langsung;
3. Menyebutkan
beberapa prinsip mengutip;
4. Menjelaskan
tujuan membuat catatan kaki;
5. Menjelaskan
prinsip-prinsip membuat catatan kaki;
6. Menyebutkan
jenis-jenis catatan kaki;
7. Mengemukakan
unsur-unsur rujukan;
8. Menjelaskan
teknik penyajian rujukan;
9. Mengemukakan
fungsi dan unsur daftar pustaka;
10.
Membedakan cara membuat daftar pustaka
berdasarkan sumbernya;
Materi
- Pendahuluan
Kutipan
adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan
seseorang yang terkenal yang terdapat dalam buku-buku,majalah-majalah,dan surat
kabar. Kutipan juga dapat diambil dari ucapan langsung seseorang ilmuan atau
tokoh terkenal baik melalui pidato,wawancara,maupun melalui diskusi. Jadi
kutipan selain melalui sumber tertulis,juga dapat melalui sumber lisan.
Dalam
penulisan karya ilmiah, baik penulisan makalah, skripsi, tesis, disertasi,
maupun penulisan laporan hasil penelitian,seseorang penulis kadang-kadang
menggunakan kutipan. Kutipan yang dicantumkan dalam karya tulis tersebut
dimaksudkan untuk menegaskan isi uraian dan untuk menunjang serta untuk
memperkuat gagasan serta ide-ide yang dikemukakan dalam karya tulis tersebut.
Meskipun dalam penulisan karya ilmiah
diperkenankan mengutip pendapat, seorang penulis hendaknya jangan terlalu
banyak menggunakan kutipan. Hal ini dimaksudkan agar karya tulis yang dibuat
tidak dianggaqp sebagai himpunan dari berbagai macam pendapat. Sebuah karya
tulis tidaklah berarti bahwa di dalamnya harus ada kutipan. Penulis boleh saja
tidak menggunakan kutipan karena kutipan dipakai untuk menegaskan isi uraian.
Kutipan sebaiknya diambil seperlunya agar tidak merusak isi uraian yang
sebenarnya. Kutipan sebaiknya juga jangan terlalu panjang karena kutipan yang
terlalu panjang kadang-kadang dapat membuat pembaca lupa bahwa apa yang
dibacanya pada halaman tersebut hanyalah kutipaan.
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan
terhadap teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan. Catatan kaki
dipakai untuk menunujukkan sumber tempat terdapatnya dan untuk memberi
keterangan-keterangan lain terhadap teks karangan.
Hubungan antara kaki dan teks yang dijelaskan itu
biasanya dinyatakan dengan nomor penunnjukkan yang sama atau tanda asterik,
baik yang terdapat dalam teks maupun dalam catatan kaki itu sendiri. Misalnya,
nomor urut penunjukkan (.....1),(.....2),
(....3) atau tanda asterik (.....*), (.....**), (......***).
Nomor atau tanda asterik ini ditulis agak ke atas dari baris ketikan biasa. Demikian
pula, rujukan dan daftar pustaka merupakan dua hal yang sangat penting dalam
penulisan karya ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis dan distertasi. Rujukan
digunakan untuk menunjukkan kepada pembaca tempat atau sumber suatu kebenaran
yang telah dibuktikan orang lain atau tempat pengambilan kutipan. Daftar
pustaka digunakan untuk membantu pembaca memperoleh gambaran menyeluruh tentang
keluasaan pembaca penulis yang mendukung gagasannya. Selain itu, dapat pula
menjadi pentunjuk bagi pemabaca yang berminat
mendalami masalah tertentu yang dibahas oleh penulis. Pembaca juga dapat
menuluri sumber-sumber acuan yang terdapat dalam daftar pustaka.
2. Jenis Kutipan
Menurut
jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung. Perbedaan kedua jenis kutipan ini harus diperhatikan karena akan
membawa konsekuensi yang berlainan bila dimasukkan ke dalam tulisan.
2.1
Kutipan Langsung
Yang
dimaksud kutipan langsung adalah kutipan yang diambil secara lengkap kata demi
kata, kalimat demi kalimat sesuai dengan teks aslinya. Kutipan langsung ini
bentuknya ada yang panjang dan ada yang pendek. Apabila kutipan itu kurang dari
empat baris ketikan termasuk kutipan pendek dan bila lebih dari empat baris
ketikan termasuk kutipan panjang. Kedua bentuk kutipan ini masing-masing
mengikuti tata cara pengutipan yang berbeda. Perbedaannya dapat dilihat berikut
ini.
(a ) Kutipan langsung
yang kurang dari empat baris ketikan dilakukan dengan cara
(1) Kutipan
itu diintegrasikan langsung dengan teks,
(2) Jarak
antara baris dan baris berikutnya sama dengan jarak baris dalam uraian,
(3) Kutipan
itu diapit oleh tanda kutip,
(4) Sesudah
kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor
halaman, atau di belakang kutipan itu diberi nomor urut penpunjukan setengah
spasi ke atas.
Contoh:
Salah
satu sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seseorang dalam melakukan penelitian
adalah bersikap terbuka “Orang yang bersikap ilmiah selalu terbuka, yaitu
selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain, walaupun
berbeda pendiriannya. Orang yang bersikap terbuka tidak menutup mata terhadap
kemungkinan yang lain”. (Brotowidjoyo, 2004:33). Sikap ini merupakan sikap
operasionalisasi dari sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang penulis
karangan ilmiah. Sifat atau watak ini menggambarkan dan merupakan manifestasi
jiwa.
(b) kutipan langsung
yang lebih dari empat baris ketikan dilakukan dengan cara:
(1)
kutipan itu dipisahkan dari teks dengan
jarak 2,5 spasi,
(2)
jarak antara baris dan baris kutipan satu spasi (spasi rapat),
(3)
boleh atau tidak diapit oleh tanda kutip
(4)
seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketukan, dan bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru,
baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
Contoh:
Bernilai
tidaknya karya tulis ditentukan oleh banyak faktor. Faktor tersebut merupakan
salah satu kesatuan yang tidak bisa dilalaikan oleh seorang penulis. Hal ini
dikemukakan oleh Keraf (1998 : 122) sebagai berikut.
Sebuah karya tulis tidak dianggap
bernilai apabila pemikirannya kabur dan ditulis tergesa-gesa, tidak memiliki
gagasan sentral, tetapi hanya mengungkapkan pernyataan yang lepas. Apa yang
dikemukakan merupakan klise-klise umum atau pikiran dan pendapat orang lain
tanpa mengemukakan hasil pikirannya sama sekali : tulisan itu tidak
dikembangkan dengan baik untuk menjawab persoalan-persoalan tentang topik atau
bagian-bagiannya. Di samping itubtidak bernilai kalau susunannya tidak teratur,
tidak mengikuti aturan yang logis dan koherensi atau kepaduannya kurang baik.
Pendeknya sebuah karangan atau tulisan tidak bernilai sama sekali kalau
penulisannya tidak berusaha mencari informasi-informasi untuk meyakinkan
dirinya bahwa ia mengetahui persoalan itu.
Bila
dalam kutipan langsung terdapat kesalahan atau keganjilan misalnya dalam
persoalan pengetikan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu,
ia hanya mengutip sebagaimana adanya.
Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari
kutipan itu.
Dalam
hal terakhir ini, kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan
mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau
catatan kaki itu dpat ditampatkan sebagai
catatan kaki atau dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat
[…….]. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan di
belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan atau yang
disetujui itu. Misalnya kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka
biasanya diberi catatan singkat : [sic].
Kata
sic! yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menunjukkan bahwa penulis
tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan
apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh :
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya
tulis ini kami selalu
berusaha mencari bentuk
kata yang mengandung makan [sic] sentral distribusi yang
terbanyak sebagai bahan
dari daftar Swadesh”.
Catatan :
Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak
seharusnya makna
2.2 Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung biasa juga disebut kutipan isi.
Kutipan ini merupakan
pinjaman pendapat dari
seorang pengarang atau penulis berupa inti sari atau ikhtisar
dari pendapat tersebut.
Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip secara
keseluruhan kata dan
kalimat yang terdapat dalam teks aslinya. Penulis hanya
mengambil inti atau
sari dari teks tersebut. Oleh karena itu, kutipan tidak langsung
tidak perlu menggunakan
tanda kutip. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kutipan tidak langsung:
(1) kutipan
itu diintegrasikan langsung dengan teks,
(2) jarak
antara baris dengan dengan baris sama dengan jarak uraian dalam teks,
(3) kutipan
tidak diapit oleh tanda kutip,
(4) sesudah
kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun terbit,
dan nomor halaman, atau
di belakang kutipan itu diberi nomor urut penunjukan
setengah spasi ke atas.
Contoh :
Apabila kita kaji lebih jauh tentang penduduk asli
Indonesia yang tertua,
kita harus kembali
melihat bukti-bukti peninggalan bersejarah. Pada zaman prehistoris,
penduduk asli Indonesia
yang tertua mempunyai bentuk dan ciri-ciri fisik yang berbeda
dengan manusia
sekarang. Hal ini dapat kita lihat pada fosil-fosil dan alat-alat yang
ditemukan oleh para ahli antropologi. Manusia pada zaman tersebut masih hidup secara
berkelompok dan hidup berpindah-pindah (Koentjaraningrat, 1982 : 3).
2.3 Kutipan atas Ucapan Lisan
Selain melalui
sumber tertulis, kutipan juga dapat diperoleh melalui ucapan langsung dari
seorang tokoh atau ilmuan. Prinsip pengutipan yang diambil dari sumber lisan
ini sama dengan prinsip pengutipan yang telah disebutkan di atas (bergantung
jenis kutipan yang digunakan).
Contoh
:
Dalam seminar sehari tanggal 28 Oktober 1992, Mattulada
mengatakan a.l.”Budaya Indonesia dewasa ini, khususnya budaya Bugis-Makassar
telah banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya asing. Masuknya budaya asing
ke wilayah Indonesia telah banyak memberikan dampak negatif terhadap
perkembangan budaya Indonesia”.
3. Catatan Kaki
Pada
dasarnya catatan kaki dibuat untuk maksud-maksud sebagai berikut ini.
- Menyusun pembuktian.
- Menyatakan utang budi.
- Menyampaikan keterangan tambahan.
- Merujuk bagian lain dari teks.
3.1 Prinsip Membuat Catatan Kaki
Untuk membuat catatan kaki, perlu diperhatikan beberapa
prinsip berikut :
(1) Hubungan
catatan kaki dengan teks
Hubungan
catatan kaki dengan teks harus dinyatakan secara jelas oleh nomor penunjuk,
baik dalam teks maupun dalam catatan kaki. Nomor penunjuk pada catatan kaki dan
teks selalu ditempatkan agak ke atas setengah spasi dari baris teks yang
bersangkutan dan pada catatan kaki setengah spasi di bawah garis untuk catatan
kaki tersebut.
(2) Nomor
urut penunjukan
Pemberian
nomor urut penunjukan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, nomor
urut penunjukan yang berlaku untuk tiap bab ; dan kedua, nomor urut penunjukan
yang berlaku untuk seluruh karangan. Pemakaian nomor urut penunjukan tersebut
masing-masing mempunyai konsekuensi tersendiri.
Bila
nomor urut penunjukan berlaku hanya untuk tiap bab, konsekuensi pertama adalah
bahwa untuk tiap bab selalu dimulai dengan nomor urut pertama untuk catatan
pertama. Kemudian dilanjutkan dengan nomor urut berikutnya sampai pada akhir
bab. Konsekuensi yang kedua adalah bahwa nama pengarang dan sumber untuk
pertama kali disebut dalam suatu bab disebut secara lengkap. Penunjukan
berikutnya atau sumber yang sama dalam bab tersebut akan mempergunakan
singkatan ibid, atau nama singkat pengarang dengan singkatan op.cit atau
koc.cit.
Sebaliknya
bila nomor urut pertunjukan itu berlaku untuk seluruh karangan, penunjukan
sumber secara lengkap hanya dipergunakan untuk penyebutan yang pertama kali.
Penunjukan berikutnya atas sumber yang sama dalam seluruh karangan itu akan
mempergunakan singkatan Ibid, atau nama singkat pengarang ditambah singkatan
op.cit, dan loc.cit tanpa mempersoalkan apakah itu terdapat pada penyebutan
pertama dalam bab berikutnya.
3.2 Teknik Penyusunan Catatan Kaki
Penyusunan catatan kaki memerlukan
persyaratan-persyaratan tertentu, yaitu:
(1) Jarak
antara baris terakhir dari catatan kaki denga batas margin bawah 3 spasi,
(2) Sesudah
baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis
pembuatan teks uraian dengan catatan kaki mulai margin kiri sepanjang 15
ketukan,
(3) Dalam
jarak 2 spasi dari garis pembatas, diketik nomor urut penunjukan dengan jarak
5-7 ketukan dari margin kiri,
(4) Sesudah
nomor urut penunjukan, dalam jarak setengah spasi ke bawah mulai diketik baris
pertama catatan kaki,
(5) Jarak
antara baris pada catatan kaki menggunakan spasi rapat, sedangkan jarak antara
catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) dua spasi,
(6) Baris
kedua pada catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.
3.3 Cara Membuat Catatan Kaki
Cara membuat catatan kaki mempunyai hubungan pula dengan
teks pada halaman yang sama. Berikut ini diperlihatkan beberapa contoh catatan
kaki. Referensi buku dengan seseorang pengarang.
1
Gorys Keraf, Komposisi
(Ende Flores, 2004), hlm. 201.
Catatan:
a) Nama
pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik susunannya.
b)
Antara
nama pengarang dan judul buku di antarai tanda koma (,). Antara judul buku dan
data publikasi tidak ada titik atau koma.
c)
Tempat
dan tahun terbit ditepatkan dalam tanda kurung; penerbit tidak perlu di
cantumkan.
Referensi buku dengan
dua sampai tiga pengarang
______________________
2
Rasyid Sartunu,
Iamuddin Finoza, Siti Aisyah Sundari, Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta,2002), hlm. 74.
______________________
3
Yulius S, et.al., Kamus Baru Bahasa Indonesiai (Surabaya,
1980), hlm. 80.
Refrensi buku yang
teridiri atas dua jilid atau lebih
______________________
4
Kartini Kartono, Psychology Wanita (Jilid 1, Bandung,
1997), hlm. 88-89.
______________________
5
Ibid. hlm. 86.
Catatan :
Ibid adalah singkatan dari ibidem yang berarti di tempat yang sama. Ibid.
dipakai untuk menunjuk sumber yang sama dan belum diantarai sumber lain. Bila
halamannya sama, hanya digunakan singkatan ibid., bila halamannya berbeda,
sesudah singkatan ibid. dicantumkan pula nomor halaman.
Refrensi
sebuah edisi karya seorang pengarang atau lebih
______________________
6
Lukman Ali, ed.
Bahasa dan Kesustraan Indonesia, sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru.
(Jakarta, 2004), hlm. 85-87.
______________________
7
Kartono Op,cit.
hlm. 88.
Catatan :
Op,cit.
adalah singkatan dari Opera citato yang berarti pada sumber yang telah
disebutkan, tetapi telah diantarai oleh sumber yang lain. Sesudah nama singkat
pengarang, dicantumkan singkatan Op,cit., disertau nomor halaman.
Referensi dari sebuah
artikel harian
______________________
8
Agam
Wijaya,"Berpikir untuk Masa Depan", Kompas, 19 Januari, 2008, hlm. 5.
______________________
9
Hasan Ali,
"Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia" (Skripsi Sarjana,
Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang 1982), hlm. 30.
______________________
10
Wijaya, Loc. cit.
Catatan :
Loc.
cit. adalah singkatan dari Loco Citatao yang berarti pada sumber yang telah
disebutkan berupa artikel-artikel atau ensiklopedia pada halaman yang sama,
tetapi telah diantarai oleh sumber lain. 2. Rujukann.
4.
RUJUKAN
Rujukan adalah sumber tempat pengambilan
kutipan yang ditempatkan di depan atau di belakang kutipan. Unsur-unsur rujukan
mencakup nama pengarang, tahun terbit, dan halaman yang dikutip dari sumbernya.
Penempatan sumber rujukan itu dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama,
sebelum kutipan, dengan menuliskan unsur nama singkat pengarang, tahun dan
halaman yang ditempatkan dalam tanda kurung, misalnya Parera (1990 : 168).
Kedua, ditempatkan sesudah kutipan dengan menuliskan unsur nama singkat
pengarang, tahun, dan halaman semuanya dalam tand kurung, misalnya (Parera,
1990:168).
Berikut ini disajikan secara
berturut-turut cara penyajian rujukan.
1)
Nama
penulis yang bukunya ditunjuk dalam uraian teks hanya disebutkan bagian
akhirnya saja (bila nama tersebut lebih dari satu kata)
Contoh
: Menurut Keraf (1985 : 20)
.................................................................................
Catatan
: nama lengkapnya Gorys Keraf.
2)
Jika
terdapat dua penulis yang kebetulan mempunyai nama akhir sama dan menulis pada
tahun yang sama pula, untuk membedakannya di belakang tahun ditandai dengan
abajad a, b, dan seterusnya.
Contoh
:
.........................................................................................(Abdullah,1992
a : 75),
.........................................................................................(Abdullah,1992
b : 85),
Catatan
: nama lengkapnya Hamid Abdullah dan Bustan Abdullah.
3)
Jika
penulisnya dua orang, kedua nama akhirnya di antarai oleh kata dan
Contoh
:
...........................................................................(Astrid
dan Susanto, 1985 : 18),
4)
Jika
penulisnya lebih dari dua orang, hanya nama akhir penulis pertama yang
dicatumkan, yang lainnya diganti dengan singkatan dkk.
Contoh
:
........................................................................................(Ramlan,dkk,
1997 : 6),
5)
Jika
kutipan bersumber dari buku suntingan atau risalah, yang ditulis adalah nama
penulis asli bukan nama penyuntingnya.
Contoh
:
.............................................................................................(Soerjono,
1975 : 9),
5.
DAFTAR PUSTAKA
Secara
keseluruhan fungsi daftar pustaka ada dua, yaitu :
1)
Memberikan
deskripsi yang penting tentang buku, majalah, harian secara keseluruhan; dan
2)
Sebagai
pelengkap dari sebuah catatan kaki, maksudnya adalah apabila seorang pembaca
ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang terdapat pada catatan
kaki, ia dapat mencarinya dalam daftar pustaka.
Unsur-unsur
penting yang harus dimasukkan dalam sebuah daftar pustaka adalah :
1)
Nama
pengarang yang dibalik susunannya;
2)
Judul
buku termasuk judul tambahannya;
3)
Data
publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan keberapa, nomor jilid
(kalau ada);
4)
Untuk
sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah,
jilid, nomor, dan tahun.
Cara menyusun daftar pustaka tidak
seragam bagi semua bahan referensi, bergantung pada sifat baha referensi itu.
Cara menyusun daftar pustaka mengenai buku berbeda dengan majalah dan harian;
demikian pula terhadap manuskrip yang belum diterbitkan, seperti skripsi,
tesis, dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan, ada hal penting yang selalu
dicantumkan, yaitu nama penulis, judul dan data publikasi.
Daftar pustaka disusun menurut urutan
abjad dari nama pengarangnya. Untuk maksud tersebut nama pengarang harus
dibalik susunannya. Jarak baris dengan baris adalah spasi satu, sedangkan jarak
daftar pustaka yang satu dengan pustaka yang lain adalah spasi ganda. Tiap
pustaka disusun secara sejajar vertikal, dari margin kiri. Bila ada dua karya
atau lebih ditulis oleh seorang pengarang, pengulangan namanya dapat ditiadakan
dengan menggantikannya sebuah garis panjang sepanjang 5-7 ketikan yang disusul
sebuah tanda titik.
Cara membuat daftar pustaka dapat
diuraikan sebagai berikut ini.
1)
Dengan
seorang pengarang
Ambari,
Abdullah. 1999. Intisari Tata Bahasa
Indonesia. Djatnika. Bandung.
Catatan
:
a)
Nama
keluarga (fam) lebih dahulu kemudian nama sebenarnya. Jika buku itu disusun
oleh sebuah komisi atau badan atau lembaga, nama itu yang menggantikan nama
pengarang.
b)
Judul
buku harus dicetak miring dan tanda titik pada setiap unsur data publikasi:
sesudah nama pengarang, sesudah tahun terbit, dan sesudah tempat penerbit.
c)
Jika
nama penerbit mendahului tempat penerbit, di antaranya disisipi tanda koma.
2)
Buku
dengan dua atau lebih pengarang
Sartuni, Rasyid, Lamuddin, Siti
Aisyah Sundari. 1994. Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Nina Dinamika: Jakarta.
Catatan
:
Hanya
nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.
3)
Buku
dengan banyak pengarang (lebih dari
tiga)
Yulius,
S. et. al. 1990. Kamus Baru Bahasa
Indonesia. Usaha Nasional: Surabaya.
Catatan
:
Hanya nama pengarang pertama dicantumkan
dan dibalik susunannya. Nama yang lainnya diganti dengan singkatan et.al. (dan
lain-lain).
4)
Buku
dengan edisi berikutnya mengalami perubahan
Keraf,
Gorys. 1995. Komposisi. cet. ke-6.
Nusa Indah: Ende Flores.
5)
Buku
yang terdiri atas dua jilid atau lebih
Badudu,
J.S.. 1985. Membina Bahasa Indonesia
Baku. 2 Jilid. Pustaka Prima: Bandung.
6)
Sebuah
edisi dari karya seorang pengarang atau lebih
Ali,
Lukman, ed. 1995. Bahasa dan Kesustraan
Indonesia, sebagai Cerminan Manusia Indonesia Baru. Gunung Agung: Jakarta.
7)
Sebuah
buku terjemahan
Multatuli, Max
Havelelaar, atau Lelang Kopo Persekutuan Dagang Belanda. Terj.
H.B. Jassin. 1972. Djambatan: Jakarta.
8)
Artikel
majalah, artikel harian
Samsuri.
1960. "Sistem Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Ejaan Baru", Medan Ilmu Pengetahuan. I : 323-341.
(Oktober).
9)
Tesis
atau Disertasi yang belum diterbitkan
Ali,
Hasan. 1982. "Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia". Skripsi
Sarjana FSUH. Ujung Pandang.
Selain
cara-cara membuat daftar pustaka yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi
cara membuat daftar pustaka yang lain dengan ketentuan sebagai berikut ini.
a)
Susunan
unsur daftar pustaka: nama pengarang (yang sudah dibalik susunannya), tahun
terbit, judul, dan data publikasi yang lain.
b)
Bila
ada dua atau tiga buku dari seorang pengarang yang dimasukkan dalm daftar
pustaka, buku itu disusun menurut tahun terbitnya dari yang kecil kepada yang
besar, misalnya 1978, 1979, 1980,dst.
c)
Bila
ada dua atau lebih buku dari seorang pengarang diterbitkan dalam tahun yang
sama, di belakang tahun terbit diberi nomor urut abjad, misalnya a, b, c, dst.
Contoh
:
Badodu,
J.S. 1970. Membina Bahasa Indonesia Baku.
1 jld. Pustaka Prima: Bandung.
_________.
1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. 2
jld. Pustaka Prima: Bandung.
_________.
1983. Ilmiah Bahasa Indonesia yang Benar.
Gramedia: Jakarta.
Tarigan,
H.G. 1985a. Pengajaran Ejaan Bahasa
Indonesia. Angkasa: Bandung.
__________.
1985b. Pengajaran Semantik. Angkasa:
Bandung
No comments:
Post a Comment