1.Pendahuluan
Dasar yang paling baik untuk melambankan bunyi ujaran
suatu bahasa adalah satu bunyi ujaran yang
membedakan arti dilambangkan dengan atu lambang tetentu.Lambang yang
dipakai untuk mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf.Dengan
huruf-huruf itulah manusia dapat menuliskan gagasan yang semula hanya
disampaikan secara lisan.
Keseluruhan
peraturan tentang cara menggambarkaan lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu
bahasa termasuk masalah yang dibicarakan dalam ejaan.Yang dimaksud dengan ejaan
adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf,kata,unsur,serapan,dan tanda
baca.Bahasa indonesia menggunakan ejaan fonemik,yaitu hanya satu bunyi yang
berfungsi dalam bahaa indonesia yang dilambangkan dengan satu tanda
(huruf).Sesuai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnkan jumlah huruf yang digunakan dalam bahasa
Indonesia berjumlah 26 buah.
Walaupun
bahasa Indonesia mengnut sistem ejaan fonemik,yaitu satu tanda (huruf)
dilambangkan satu bunyi,namun kenyataannya masih terdapat kekurangan.Kekurangan
tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua
tanda,seperti /ng/,/ny/,/kh/,dan /sy/.Sebaliknya ada dua buyi yang dilambangkan
dengan satu tanda saja seperti /e/ taling dan /e/ pepet.Hal ini dapat
menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih
sempurna.
2.Pelafalan
Salah
satu yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau cara mengucapkan
bahasasa Indonesia.Akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bahasa
Indonesia dengan keraguan,yaitu ketidakteraturan pengguna bahasa Indonesia
melafalkan huruf .Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena tanda (huruf)
diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang menandai huruf-huruf tersebut.
Kaidah
pelafalan bunyi bahasa indonesia berbeda dengan kaidah bahasa asing,seperti
bahasa Inggris,bahasa Belanda,bahasa Jerman,dan lain-lain.Dalam bahasa-bahasa
tersebut,satu lambang huruf dapat dilafalkan berbeda,misalnya /a/ atau /g/
dapat dicapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fenom
yang ada disekitarnya.Lain halnya dengan bahasa Indonesia,ketentuan pelafalan
yang berlaku cukup sederhana,yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus
dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis.Tegasnya ,lafal bahasa Indonesia
disesuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut:
Tulisan Lafal
yang benar Lafal yang
salah
teknik teknik teknik
tegel tegel tehel
energi energi enerhi,enersi,enerji
praktik praktik praktek
risiko risiko
resiko
aegenda agenda
ahenda
Masalah lain yang muncul dalam
pelafalan ialah masalah pelafalan singkatan kata dengan huruf.
Perhatikan
contoh berikut:
Tulisan Lafal yang benar Lafal yang salah
TV /te ve/ /ti vi/
AC /a ce/ /a se/
LNG /el en ge/ /el en ji/
MTQ /em te ki/
/emtekyu,emtekui/
Hal
lain yang perlu mendapat perhatian ialah pemakaian dan pelafalan huruf pada
penulisan dan pelafalan nama diri.Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa
penulisan dan pelafalan nama diri,yaitu nama orang,badan
hukum,lembaga,jalan,kata,sungai,gunung,dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah
ejaan yang berlaku,kecuali kalau ada pertimbangan adat,hukum,agama,atau
kesejahteraan dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik
(Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnaan (EYD).Jadi,pelafalan dan penulisan nama
orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis,bergantung,pada
pemilik nama tersebut.
Demikian
pula halnya dengan pelafalan unsur kimia,nama produk (minuman atau obat-obatan)
bergantung pada keviasaan yang berlaku untuk nama tersebut.Jadi,pemakai bahasa
dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis.Hal
tetsebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.
Perhatikan contoh
berikit:
Tulisan Lafal yang
benar Lafal
yang salah
HCL Ha Se El Ha Ce El
Co2 Se O2 Ce O2
Coca
Cola ko ka ko la co ca co la
Seven
Up se fen ap se ven up
Selanjutnya,kaidah
pelafalan perlu juga dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi / h /.Pelafalan
bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa indonesia.Bunyi /h/ yang terlerak diantara
dua vokal yang sama harus dilafalkan dwngan jelas,seperti pada kata mahal,pohon,luhur,leher.Bunyi
/h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau
hampir tidak kedengaran,seperti pada kata tahun,lihat,pahit.Bunyi
/h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau
/y/,yaitu tawun,liyat,payit.Aturan ini tidak berlaku bagi
kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa
asalnya,seperti kata mahir,lahir,kohir,kohesi.
3.pemakaian
Huruf
Ejaan
bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam
abjadnya,yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/.Beberapa huruf di
antaranya,yaitu huruf /f/,/v/,/x/,dan /z/,merupakan huruf serapan dan sekarang
huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia.Dengan
demikian,pemakaian huruf-huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti
dengan huruf lain.
Contoh: fakta tidak diganti
dengan pakta
aktif
tidak diganti dengan aktip
valuta tidak diganti
dengan paluta
ziarah
tidak diganti dengan jiarah atau siarah
Meskipun
huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia harus kita ingat
ketentuan pemakaian huruf swperti /q/ dan /x/.huruf /q/ hanya dapat dipakai
untuk nama istilah khusus,sedangkan istilah umum harus diganti dengan huruf /
k/.Demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk lamabang,seperti xenon,sinar
x,x+y.Huruf /x/ apabila terdapat di tengah kata atau akhir kata diganti dengan
huruf gugus konsumen /ks/.
Contoh: Quran tetap ditulis Quran
(nama)
aquarium
harus ditulis akuarium
kuadrat
harus ditulis kuadrat
complekx harus ditulis dengan
Huruf
/k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/,juga digunakan untuk melambangkan bunyi
hamzah (glotal).Ternyata masih ada pemakai bahasa yang memakai tanda ‘ain’ /’/
untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh: ta’zim harus diganti sengan taksim
da'wah
harus diganti dengan dakwah
ma'mur
harus diganti dengan makmur
4.Pemisahan
Kata
Setiap
suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal.Huruf vokal itu dapat
didahului atau diikuti oleh huruf konsonan.Persukuan atau pemisahan suku kata
biasanya kita dapati pada penggantian baris,yaitu terdapat pada bagian akhir
setiap baris tulisan.Penggunaan bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata
berdasarkan kepentingan lain,misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir
baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan.Penulis harus
mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang
Disempurnakan,seperti berikut ini.
1. Apabila
di tengah kata terdapat dua vokal berurutan,pemisahan dilakukan di antara kedua vokal tersebut.
Contoh:
mainmai-in taatta-at
2. Apabila
di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan,pemisahan dilakukan di antara
kedua konsonan tetsebut.
Contoh:
ambilam-bil undangun-dang
3. Apabila
di tengah kata tetdapat konsonan di antara dua vokal,pemisahan dilakukan
sebelum konsonan tersebut.
Contoh:
benarbe-nar sulitsu-lit
4. Apabila
si tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih berurutan,pemisahan dilakukan
di antara konsonan pertama dan kedua.
Contoh:
komplekskom-pleks instrumenin-stru-men
5. Imbuhan,termasuk
awalan yang mengalami perubahan bentuk dab partikel yang biasanya ditulis
serangkai dwngan kata dasarnya,pemisahannya dilakukan dengan cara imbuhan dan
partikel dipisahkan dahulu dari kata dasarnya,kemudian kata dasar dipisahkan
menurut kaidah 1 s.d. 4 di atas.
Contoh:
Pengalamanpeng-alam-anpeng-a-lam-an
bantulahbantu-lahban-tu-lah
6. Kalau
kata itu bentuk kombinasi,pisahkan dahulu unsur kombinasinya dengan kata
dasar,kemudian pemisahan suku kata dilakukan menurut kaidah 1 s.d. 4.
Contoh:
kilogramkilo-gramki-lo-gram
swadayaswa-dayaswa-da-ya
7. Pada
akhir dan awal baris tidak diperkenalkan ada huruf yang berdiri sendiri,baik
vokal maupun konsonan.
Contoh: salah
…di- …masalah i-
a orangnya. tu…..
Contoh: benar
…dia …masalah
orangnya. itu...
8. Tanda
pisah (-) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh
berjauhan dengan huruf terakhir,harus diletakkan di samping kanan sejajar
dengan huruf.
Contoh: Salah
….pengam …kedatang
bilan… an…
Contoh: Benar
…pengam- …kedatang-
bilan an
5.Penulisan
Huruf
Ada
dua hal yang diatur mengenai penulisan huruf dalam ejaan yang
Disempurnakan,yaitu aturan penulisan huflruf kapital (besar) dan aturan
penulisan huruf miring.Kedua aturan tersebut akan dijelaskan pada uraian
berikut.
5.1
Penulisan Huruf Kapital
Kaidah-kaidah penulisan yang tertera pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan masih sering diabaikan penggunaannya pada berbagai
tulisan.Kesalahan
dalam penulisan terjadi karena pengguna bahasa tidak mau berusaha memahami kaidah-kaidah yang tercantum
dalam buku pedoman ejaan.Sehubungan dengan hal tersebut,berikut ini akan dijelaskan secara singkat kaidah-kaidah
penulisan huruf kapital yang sering menimbulkan kesalahan yang cukup tinggi.Kaidah yang jarang ditemukan kesalahan penggunaannya tidak
perlu dibicarakan atau dijelaskan pada uraian ini.
Nomor tiga pada buku pedoman itu menyebutkan bahwa ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital,termasuk kata kata ganti Untuk Tuhan.kata-kata seperti Quran Mahakuasa,Maha Pengasih,Maha Esa sebagai ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan dan
nama Tuhan ditulis dengan huruf kapital.Adapun ungkapan yang berhubungan dengan nama diri cukup
ditulis dengan huruf kecil dengan demikian kata-kata seperti jin,iblis,surga,neraka,malaikat,meskipun bertalian dengan keagamaan tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Kata ganti Tuhan yaitu Engkau,Nya,dan Mu,huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kapital antara
kata ganti dan kata yang mengikutinya harus diberikan tanda hubung
(-) karena tidak boleh ada huruf kapital diapit oleh huruf
kecil.
Contoh:
...hamba-Nya
... hamba-Mu
... Engkau beri rahmat
Kaidah empat dan lima
penulisan huruf kapital menyatakan bahwa gelar,jabatan,atau pangkat yang diikuti langsung nama orang,nama daerah atau negara,huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Presiden
Republik Indonesia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Sulawesi Selatan
Haji
Agus Salim
Sultan Hasanuddin
Laksana Muda Udara Husein
Sastranegara
Tapi perhatikan
penulisan berikut:
Tugas
presiden tidak ringan.
Siapakah
gubernur yang baru dilantik itu ?
Brigadir
Jenderal Achmad baru dilantik jadi mayor jenderal.
Hasanuddin,Sultan Makassar,digelari juga Ayam Jantan Dari Timur.
Kaidah tujuh dan delapan EYD menyatakan bahwa
yang ditulis dengan huruf kapital pada huruf awalnya hanyalah yang menyangkut
nama bangsa,suku,bahasa,tahun,bulan,hari,hari raya,dan peristiwa sejarah.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Makassar
bahasa Inggris
tahun Hijriah
bulan Ramadhan
bulan Natal
Perang Padri
Proklamasi Kemerdekaan
tetapi perhatikan
penulisan berikut :
mengindonesiakan kata-kata asing
keinggris-inggrisan
memproklamasikan kemerdekaan
Kaidah lain yang juga sering menimbulkan
kesalahan penulisan ialah penulisan huruf kapital yang menunjukkan hubungan
kekerabatan yang digunakan sebagai kata ganti atau sapaan.Kata-kata penunjuk
kekerabatan sebagai sapaan huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Kapan Bapak berangkat?
Apa kabar,Dik?
Surat Saudara sudah saya terima?
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Tetapi huruf kapital tidak digunakan sebagai
huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan sebagai
kata ganti atau sapaan.
Contoh:
Kita harus menghormati bapak dan ibu
kita.
Semua kakak dan adik saya sudah
berkeluarga.
Semua camat dalam kabupaten itu hadir.
5.2 Penulisan
huruf miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:
(1)menuliskan
nama buku,majalah dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh:
Negarakertagama karangan prapanca.
Majalah bahasa dan kesusastraan.
Surat kabar fajar.
(2)menegaskan
atau mengkhususkan huruf,bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Bab ini tidak membicaran penulisan huruf
kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
(3)menuliskan
kata nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan
kata "penataran" untuk kata up-grading?
Buah manggis nama ilmiahnya adalah
gareina mangostana.
Weltanschauung diterjemahkan
"pandangan dunia"
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual
huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis dibawahnya.
6.Penulisan Kata
Kaidah penulisan kata yang diatur dalam buku
pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan berjumlah 22 kaidah.Berikut
ini akan dijelaskan beberapa kaidah yang sering ditemukan ketidakpatuhan dalam
penulisannya.Kesalahan penulisan muncul karena kurangnya pengetahuan penggunaan
bahasa indonesia mengenai kaidah ejaan.oleh sebab itu,pengguna bahasa perlu
diberikan penjelasan yang memadai mengenai cara penulisan kata.
6.1 Penulisan
kata turunan
Unsur-unsur imbuhan pada kata turunan
,yaitu awalan (prefiks),sisipan (infiks),akhiran (sufiks) dan kombinasi awalan
dan akhiran (konfiks) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.Kalau bentuk yang
mendapat imbuhan itu berupa gabungan kata,awalan dan akhiran itu ditulis
serangkai dengan bentuk gabungan tersebut.
Contoh:
sebar tanggung jawab
disebar bertanggung jawab
Sebarkan tanggung jawabkan
disebarkan pertanggungjawaban
6.2 Penulisan
kata ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung (-).Pengguna angka(2) untuk menyatakan bentuk
pengulangan hendaknya dihindari,
Contoh:
sayur-sayur bersahut-sahut
sayur-sayuran sahut-menyahut
mayur-mayur bersahut-sahutan
Ada juga bentuk pengulangan yang berasal
dari bentuk dasar kata gabung atau lazim disebut kata majemuk.Pengulangan
bentuk seperti ini, yang diulang hanya bagian yang pertama sedangkan bagian
yang kedua tidak diulang.
Contoh:
Bentuk dasar Bentuk pengulangan
mata pelajaran mata-mata pelajaran
rumah sakit rumah-rumah sakit
kereta api kereta-kereta api
6.3 Gabungan kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis
terpisah bagian-bagiannya.Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri
dan hanya muncul dalam bentuk kombinasi, penulisannya harus diserangkaikan.
Contoh:
Kata
gabungan Kata kombinasi
duta
besar pancasila
mata
pelajaran tunawisma
model
linear antarkota
persegi
panjang nonkolaborasi
Sejalan
dengan bentuk diatas, bentuk Mahakuasa, Mahamulia (sifat Tuhan) ditulis
serangkai karena maha sebagai unsur
berikat yang diikuti bentuk dasar
(kecuali bentuk Maha Esa) . Kalau bentuk yang mengikutinya bukan bentuk dasar,
melainkan bentuk turunan penulisannya dipisahkan.
Contoh :
Mahatahu Maha
Mengetahui
Mahakasih Maha
Pengasih
Mahadengar Maha
pendengar
Gabungan
kata yang sudah dianggap sebagai satu kata (sudah padu) ditulis serangkai
seperti apabila, manakala, daripada,
matahari, padahal,dan bumiputra . Gabungan kata yang dapat
menimbulkan salah baca atau salah pengertian, dapat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan.
Contoh :
buku-sejarah baru
buku sejarah-baru
alat pandang-dengar
ibu-bapak
6.4
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya sedangkan ku, mu,
dan nya ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Contoh :
Apa yang kumiliki boleh kau ambil
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6.5 Kata Depan di, ke, dan
dari
Kata depan di,
ke, dan dari ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya. Kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap
sebagai satu kata, seperti kepada dan
daripada. Kata depan di, ke , dan dari selalu diikuti kata benda yang fungsinya menunjukkan tempat
atau arah.
Contoh :
di kampus ---- ke
kampus ---- dari kampus
di rumah ---- ke rumah ---- dari rumah
di sana ---- ke sana ---- dari sana
di samping ---- ke
samping ---- dari samping
Cara
lain yang dapat digunakan untuk mengetahui kata depan di, ke, dan dari adalah
dengan menggunakan kata tanya di mana, ke mana, dan dari mana,
Semua pertanyaan tersebut mengacu pada tempat atau arah.
Contoh :
di mana jawabannya di kampus atau di sana
ke mana jawabannya ke kampus atau ke sana
dari mana jawabannya dari kampus atau dari sana
Pemakai bahasa Indonesia
kadang masih belum dapat membedakan penggunaan kata depan di dan ke yang
penulisannya dipisahkan dengan kata yang mengikutinya dengan bentuk di-, dan
ke-, sebagai awalan yang ditulis serangkai . Awalan di- membentuk kata kerja
yang memiliki pasangan atau dapat dipertukarkan dengan awalan me-.
Contoh :
diteliti ---- meneliti
dianalisis ---- menganalisis
ditulis ---- menulis
Awalan ke- sering dipakai bersama dengan akhiran –an membentuk kata benda atau
sifat/keadaan.
Contoh :
ketua ---- ketuaan
kesatu ---- kesatuan
Ada hal yang perlu
mendapat perhatian serius mengenai penulisan dan penggunaan kata depan di dan
ke, yaitu kedua kata depan itu tidak dipakai :
(1) di depan kata ganti orang
Misalnya : di saya, di teman, atau
ke saya, ke teman; dalam hal ini kata depan yang dipakai adalah pada, misalnya
pada saya atau pada teman.
(2) di depan
kata keterangan waktu
Misalnya : di bulan puasa atau ke
bulan puasa ; di saat itu atau ke saat itu; di malam Minggu atau ke malam
Minggu ; dalam hal ini kata depan yang
dipakai adalah pada, misalnya pada malam Minggu, pada saat itu, pada
bulan Puasa.
7. Partikel lah, kah, tah,
pun, dan per
Partikel lah,
kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
Bacalah buku itu
baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam
surat itu?
Siapatah gerangan dia?
Partikel pun ditulis
terpisah dengan kata yang mendahuluinya . Partikel pun ditulis terpisah karena
hampir sama dengan bentuk kata lepas yang mempunyai makna juga .
Contoh :
Apapun yang dimakannya, ia
tetap kurus.
Hendak pulang pun, sudah
tidak ada kendaraan.
Jika kakak pergi, adikpun
ingin pergi.
Kata-kata berikut sudah
dianggap padu benar, ditulis serangkai : adapuun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, ataupun, meskipun,
sekalipun, sesungguhnya, walaupun . Kata-kata tersebut berfungsi sebagai kata
penghubung (konjungsi).
Partikel per yang
berarti ‘mulai’ , ‘demi’ , dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian
kalimat yang mendampinginya.
Contoh :
Undang-undang baru ini
berlaku per Januari 2008.
Mereka masuk ke dalam
ruangan satu per satu.
Harga buku itu Rp.
50.000,00 per eksamplar.
8. Angka dan Lambang
Bilangan
Kesalahan yang
sering muncul dalam penggunaan angka dan bilangan adalah penulisan bilangan
tingkat . Kadang-kadang pengguna bahasa tidak dapat membedakan cara menggunakan
angka Romawi dengan angka biasa (angka Arab) . Kalau kita menggunakan angka
Romawi, penulisannya tidak menggunakan awalan ke- . Kalau kita menggunakan
angka Arab harus disertai awalan ke- . Selain kedua cara itu, masih ada cara
lain yang digunakan, yaitu semua bilangan tingkat itu ditulis dengan huruf
(kata).
Contoh :
Salah Benar
Perang Dunia ke II Perang Dunia II
Perang
Dunia ke-2
Perang
Dunia kedua
Abad ke-XXI abad XXI
abad
ke-21
abad
kedua satu
Penulisan kata bilangan
yang mendapat akhiran –an mengikuti cara seperti berikut ini.
Contoh :
tahun 50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang lima ribuan
lima uang 1000-an atau lima uang seribuan
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis
dengan huruf kecuali jika lambang beberapa bilangan dipakai secara berurutan,
seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
Contoh :
Kami menonton drama itu
sampai tiga kali.
Ibu membeli lima belas
ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang
hadir, 52 orang memberikan surat setuju, 15 suara tidak setuju, dan 5 suara
blangko.
Lambang bilangan
pada awal kalimat ditulis dengan huruf . Jika perlu susunan kalimat diubah
sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak
terdapat lagi pada awal kalimat.
Contoh :
Lima belas
anggota tidak hadir,
Bukan : 15 anggota tidak hadir
Kami mengundang 250 orang tamu
Bukan : 250 orang tamu kami undang . Atau
Bukan : Dua ratus lima puluh orang tamu kami undang
Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Contoh :
Perusahaan kami
baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Kecuali dalam dokumen resm, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Contoh :
Kantor kami
mempunyai dua puluh orang pegawai
Bukan : Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah
Bukan : Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima)
EJAAN BAHASA INDONESIA
(PENULISAN UNSUR SERAPAN, SINGKATAN DAN TANDA BACA)
Pendahuluan
Penggunaan Bahasa Indonesia
yang baik benar juga ditentukan oleh kecermatan penulisan unsur serapan,
singkatan , dan ketetapan penggunaan tanda baca. Ketidakcermatan penulisan
unsur serapan, singkatan dan ketidaktepatan penggunaan tanda baca dapat
mengakibatkan pembaca atau lawan bicara tidak dapat mengerti maksud (isi)
pembicaraan. Sehubungan dengan itu, pengunaan bahasa juga harus cermat dan
tepat menggunakan ketiga aspek kaidah ejaan tersebut. Untuk mengetahui kaidah
penulisan unsur serapan, singkatan, dan tanda baca, berikut ini dijelaskan
beberaa kaidah yang bertalian dengan ketiga aspek ejaan tersebut.
penulsan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak
menyerap unsur dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan itu ada yang sudah disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisnnya dan ada
pula yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskna secara singkat hal-hal yang
berhubungan dengan kaidah penyerapan yang disertai dengan sejumlah contoh.
Penyerapan
secara Alamiah
Kata-kata asing yang diserap
kedalam bahasa Indonesia yang lazim dieja dan dilafalkan dalam bahasa Indonesia
tidak mengalami perubahan. Penyerapan seperti ini dikategorikan sebagai
penyerapan secara alamiah.
Contoh:
Abjad mode badan potret
Ilham sehat perlu arloji
Sirsak hikayat meja listrik
Abad radio kitab imitasi
Kabar orator minggu supir
Penyerapan
seperti Bentuk Asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap kedalam
bahasa Indonesia dapat dipakai dalam bahasa Indonesia dengan jalan masih
mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Jadi, pengucapan kata tersebut
masih seperti bentuk asalnya. Penyerapan seperti ini tidak terlalu banyak
ditemukan dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
Shuttle
cock outside
Cum
laude bridge
De
facto hockey
Curriculum
vitae status quo
Penyerapan
dengan Terjemahan
Penyerapan unsur bahasa asing kedalam bahasa Indonesia
dapat dilakukan melalui penerjemahan kata-kata asing tersebut. Penerjemahan ini
dilakukan dengan cara memilih kata-kata asing tertentu kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia. Penyerapan ini dapat berupa satu kata asing
dipadankan dengan satu kata atau lebih dalam bahasa Indonesia.
Comtoh :
Kata
asing Terjemahan Indonesianya
Volcano Gunung api
Feed
back Umpan balik (balikan)
Medical Pengobatan
Take
off Lepas landas
Point Butir
In
put Masukan
Out
put Keluaran
Penyerapan
dengan Perubahan
Unsur bahasa asing yang diserap kedalam bahasa
Indonesia ada yang penulisan dan pelafalannya diseesuaikan dengan sistem ejaan
dan lafal bahasa Indonesia. Dengan demikian, benruk asalnya akan mengalami
perubahhan setelah diserap kedalam bahasa Indonesia. Dalam penyerapan ini,
perlu diusahakan agar ejaan dan lafal asing (asal) hanya dapat diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya. Hal ini dilakukan agar bahasa Indonesia dalam perkembanganannya
memiliki ciri umum (internasional).
Dalam buku Pedoman
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyerapan dengan perubahan seperti
ini diatur dalam sejumlah kaidah. Ada lima puluh tujuh ketentuan mengenai
perubahan dan penyesuaian bunyi dari kata asing ke kata Indonesia. Contohnya dapat
dilihat pada bentuk serapan berikut.
Bentuk Asal Bentuk Serapan Bentuk Asal Bentuk Serapan
Octaaf
oktaf quitancy kuitansi
Haematite hemetit structure struktur
Construction konstruksi circulation sirkulasi
Accomodation akomodasi acclamation aklamasi
Accent aksen charisma karisma
Technique teknik check cek
Effective efektif system sistem
Idealist idealis station stasiun
Geometry geometri fossil fosil
Effect efek central sentral
Komfoor kompor phase fase
Zoology zoologi aquarium akuarium
Gauverneur gubernur rhetoric retorik
Cholera kolera institute institut
Television televisi exclusive eksklusif
Penyerapan
akhiran asing
Di
samping penyesuaian huruf dan bunyi pada kata-kata serapan, bahasa Indonesia
juga mengambil akhiran-akhiran asing sebagai unsir serapan. Akhiran-akhiran
asing itu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam bahasa
Indonesia. Ketetntuan itu telah diatur dalam kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
Akhiran asing itu ada yang dieserap sebagai bagian kata yang utuh, seperti kata
standarisasi disamping kata standar, kata implementasi
disamping kata implemen,dan kata objektif disamping kata objek.
Akhiran-akhiran itu antara lain -is, -isme, -al, -ik, -ika, -wan, -wati, -log,
-tas, dan -ur.
Contoh:
Logis sukarelawan
Ekonomis sukarelawati
Dualisme dialog
Modernisme analog
Ideal kualitas
Struktural universitas
Logika direktur
Dialektika faktur
Mekanik struktur
Penulisan Singkatan dan Akronim
Singkatan dan
akronim merupakan hasil proses pelepasan atau penanggalan bagian kata atau
bagian-bagian dari gabungan kata sehingga menjadi sebuah bentuk singkat yang
maknanya yang sama dengan bentuk utuhnya. Singkatan dan akronim ini cukup
produktif digunakan dalam penulisan. Perbedaan kedua hasil proses pelepasan
atau penanggalan ini dapat kita lihat pada uraian dibawah ini.
Singkatan
Yang dimaksud
dengan singkatan adalah proses pemendekan yang dilakukan dengan pengekalan
sebuah awal berupa huruf yang tidak membentuk kata. Karena proses pengekalan
tidak membentuk kata, cara pelefalannya tetap disesuaikan dengan cara
melafalkan abjad-abjad yang ada dalam bahasa Indonesia. Adapun penulisannya
diatur dalam sejumlah kaidah, yaitu :
singkatan nama
diri, seperti nama resmi keluarga lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,
organisasi, instansi, lembaga, departemen, serta nama dokumen resmiyang diambil
dari gabungan antara huruf pertama awal kata dengan huruf kapital dan tidak
diikuti titik
Contoh :
DPR PDI TPI
RCTI KTP SMU
Singkatan
kata-kata umum yang terdiri dari tifa huruf ditulis dengan menggunakan huruf
kecil dan diakhiri tanda titik.
Contoh :
dsb. dll. dkk.
sst. sbb. sda.
Singkatan
kata-kata umum yang terdiri atas dua huruf, semuanya ditulis dengan menggunakan
huruf kecil dan setiap huruf diikuti tanda titik.
Contoh :
n. d.a. n.p.
a.l. u.b. s.d.
Singkatan nama
orang, gelar, serapan, jabatan, atau pangkat ditulis dengan huruf kapiral pada
awal singkatan tersebut dan diikuti tanda titik.
Contoh :
R.A.Kartini Muh. Akil B. Bpk.
Prof. Let. Ir.
Singkatan satuan
ukuran, takaran, timbangan, satuan mata uang, dan lambang kimia tidak
menggunakan tanda titik.
Contoh :
Kg cm l (liter)
Rp Cu m (meter)
Akronim
Berbeda dengan
singkatan , akronim merupakan hasil proses pembentukan yang membentuk kata
sehingga dilafalkan seperti kata. Kaidah penulisan akronim juga diatue dalam
sejumlah kaidah, yaitu :
Akronim nama
diri yang berupa gabungan antara awal kata dengan awal kata dari deret kata
semuanya ditulis dengan menggunakan huruf kapital dan tidak diikuti tanda
titik.
Contoh :
LAN IKIP MUI
SIM NIP AFI
Akronim nama
diri yang berupa gabungan antara suku kata dengan suku kata atau antara awal
kata dengan suku kata dari deret kata diawali dengan huruf kapital dan tidak
diikuti tanda titik.
Contoh :
Golkar Iwapi Unhas
Pertamina Linud Sekjen
Akronim yang
bukan nama diri dan berupa gabungan antara suku kata dengan suku kata atau
antara suku kata dengan awal kata dari deret kata, semuanya ditulis dengan
huruf kecil.
Contoh :
pemilu rudal rapim
berno patas berdikari
Penggunaan Tanda Baca
Bahasa tulisan
merupakan gambaran lisan. Bahasa lisan lebih lengkap jika dibandingkan dengan
bahasa tulisan karena bahasa lisan masih dapat menghadirkan alat-alat bantu
untuk membantu kelancaran komunikasi. Alat bantu yang dimaksud adalah gerak
tangan, mimik, tekanan suara, atau alat bantu yang lain. Namun demikian, bahasa
tulisan juga dapat menggunakan alat bantu sebagai pengganti alat bantu yang
terdapat pada bahasa lisan, berupa tanda baca. Tanda-tanda baca itu sangat
berarti dalam bahasa tulisan.
Penggunaan tanda
baca yang tepat penting diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Banyak
pengguna bahasa yang kurang mengindahkan kaidah tanda baca sehingga tulisan
yang disusunnya tidak mencapai sasaran. Adanya penggunaan tanda baca yang tepat
dapat membantu pembaca pembaca memahami tulisan dengan cepat. Sebaliknya, tidak
adanya tanda baca atau tidak tepatnya penggunaan tanda-tanda baca dapat
menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan, bahkan dapat mengubah pengertian
kalimat.
Untuk mencapai
kesempurnaan dalam berbahasa, khususnya dalam penggunaan bahasa tulisan,
pengguna bahasa harus berupaya memahami aturan penggunaan tanda baca seperti
yang terdapat dalam buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Untuk membantu memahami kaidah
tanda baca tersebut, berikut ini akan diformulasikan secara singkat
kaidah-kaidah yang dimaksud.
Tanda
titik dipakai ada:
Akhir
kalimat pernyataan;
Singkatan
nama orang;
Singkatan
gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan;
Kata
atau ungkapan yang sudah sangat umum;
Dibelakang
angka atau huruf dalam suatu bagan;
Memisahkan
angka pukul, menit, dan detik yang menunjuk waktu, dan
Memisahkan
angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Tanda
titik tidak dipakai :
Untuk
memisahkan angka ribuan atau jutaan yang tidak menunjukkan jumlah;
Dalam
singkatan yang terdiri atas huruf awal kata, suku kata, atau dalam akronim yang
sudah diterima oleh masyarakat;
Dalam
singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang;
Pada
akhir judul yang merupakan kepala karangan, tabel, ilustrasi, dan
Dibelakang
alamat pengirim.
Tanda
koma dipakai :
Di
antara unsur-unsur dalam suatu emberian;
Memisahkan
kalimat yang setara;
Memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat;
Di
belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada posisi
awal;
Dibelakang
kata-kata seruan;
Memisahkan
petikan langsung dari bagian luar
Diantara
unsur kalimat yang ditulis berurutan;
Menceraikan
bagian nama yang dibalik susunannya;
Diantara
tempat penerbitan, nama penerbitan, dan tahun penerbitan;
Diantara
nama orang dan gelar akademik, dan
Untuk
mengapit keterangan tambahan.
Tanda
titik koma dipakai :
Memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara, dan
Memisahkan
kalimat yang setara didalam kalimat majemuk.
Tanda
titik dua dipakai :
Pada
akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemberian, kecuali
kalaurangkaian atau pemerian merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan;
Sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian;
Dalam
teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan dan
Diantara
jilid atau nomor dan halaman, diantara bab dan ayat yang terdapat dalm kitab
suci, atau diantara judul dan anak judul suatu karangan.
Tanda
hubung dpakai :
Untuk
menyambung suku-suku kata yag terpisah karena pergantian baris;
Menyambung
awalan dengan bgian kata dibelakngnya, menyambung unsur kata ulang, dan
Menyambung
awalan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke depan
angka, angka dengan -an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan.
Tanda
pisah dipakai :
Membatasi
penyisipankata atau kalimat yang memberi keterangan atau penjelasan;
Menegaskan
adanya oposisi, dan
Diantara
dua bilengan atau tanggal yang berarti sampai dengan.
Tanda
elipsis dipakai :
Menggambarkan
kalimat yang terputus-putus, dan
Menunjukkan
bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Tanda
tanya dipakai :
Pada
akhir kalimat, dan
Menyatakan
kesangsian tentang sesuatu.
Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang mengandung seruan atau
perintah
Tanda
kurung dipakai :
Mengapit
keterangan tambahan;
Mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan;
Mengapit
huruf atau kata yang kehadirannya didalam teks dapat dihilangkan, dan
;mengapit
angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
Tanda
kurung siku dipakai :
Mengapit
huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang tertulis dalam naskahasli, dan
Mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Tanda
garis miring dipakai :
Pada
penemoran surat, alamat, dan masa tahunan yang terbagi dalam dua tahun takwin,
dan
Sebagai
pengganti kata atau tiap.
Tanda
petik tunggaldipakai :
Mengapit
petikan dalam petikan lain, dan
Mengapit
makna, terjemahan, atau penjelasan kata asing
Saya Rambo Hitam dari Grammy, saya bekerja di Kem Grammy, isteri saya meninggal dunia 6 tahun yang lalu dan sejak saya menjaga anak tunggal saya bernama Clinton, seorang kawan nasihat saya untuk mencari isteri, pada pencarian saya bertemu Jennifer dia dan wanita Inggeris, Saya suka begitu banyak bahawa saya boleh memberikan segala-galanya dia berusia 37 tahun, selepas beberapa waktu bertarikh saya begitu banyak cinta dengannya, kami mempunyai beberapa salah faham, dan dia pecah dengan saya dan saya merayu kepadanya untuk kembali anak saya dipanggil dia berkata Tidak, bahawa dia telah menemui orang lain, dan kita suka antara satu sama lain selepas beberapa hari saya membaca artikel tentang bagaimana Dr Lomi boleh membantu membawa kembali , Saya memutuskan untuk mencuba, saya menghubungi Dr Lomi untuk membantu beliau memberitahu saya apa yang perlu dilakukan untuk membawa balik kekasih saya yang saya lakukan, dia melakukan doa dan Jennifer kembali dia mencintai saya dan menghargai saya lebih sekarang, dan kami mempunyai masa terbaik dalam hidup kita, Dr Lomi juga menyediakan beberapa herba semulajadi yang membuat saya kuat dan sihat lagi sekarang saya merasa seperti seorang pemuda saya berpuas hati dengan seksualnya sangat baik kita berdua gembira, hubungi Dr Lomi pada nombor WhatsApp +2349034287285 atau e-mel kepadanya di lomiultimatetemple@gmail.com HE MEMPUNYAI PENYELESAIAN TERBAIK UNTUK ANDA
ReplyDelete