PEMBENTUKAN PARAGRAF
KELOMPOK 6
HURON MAKSURAH M. B11116335
HASAN
DAWILAH B11116388
ANDI NUR MUH. PRIMA S. B11116367
ZHEIN NIRWAN TAWIL B11116383
A. MUH. FIQIH MUHFIDH T. B11116381
MELKISEDEK MASOARA B11116379
BAB VIII
PEMBENTUKAN PARAGRAF
Sasaran
Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan
mampu :
- Menjelaskan
pengertian paragraf
- Menjelaskan tujuan
pembentukan paragraf
- Membedakan
jenis-jenis paragraf
- Membedakan pikiran
utama dan pikiran penjelas
- Menyusun struktur
paragraf yang baik
- Menjelaskan
syarat-syarat pembentukan paragraf
Materi
1.
Pendahuluan
Kalimat-kalimat yang telah dibuat
dan disusun secara efektif perlu dihimpun dan dipadukan satu sama lain untuk
membentuk satuan yang lebih besar, yaitu paragraf. Dalam upaya pembentukan
paragraf tersebut, penulis hendaknya memperhatikan adanya kepaduan antarkalimat
sebagai unsur pembentuknya. Melalui paragraf yang telah dibentuk, seorang
penulis dapat menyusun dan mengembangkan isi pikirannya secara bertahap dan
tertib sehingga maksud penulis mudah dipahami dan diterima oleh pembaca. Oleh
sebab itu, terampil menulis paragraf perlu dikuasai oleh setiap orang yang
memiliki aktivitas menulis, terutama bagi mereka yang ingin menulis karya tulis
ilmiah. Agar dapat terampil menulis paragraf yang baik, seseorang harus banyak
berlatih.
2.
Pengertian
Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan
pikiran yang lebih tinggi dan luas daripada kalimat. Sebagai satuan pikiran
yang lebih tinggi dan lebih luas, paragraf terdiri atas kumpulan atau rangkaian
kalimat yang mendukung suatu ide pokok yang tertuang dalam kalimat utama atau
kalimat topik. id pokok tersebut akan menjadi jelas apabila didukung oleh
ide-ide penjelas.
Pengertian di atas memberikan pemahaman
kepada kita bahwa sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Akan tetapi,
dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan paragraf yang hanya terdiri
atas satu kalimat. Hal ini memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan bab ini
wujud paragraf semacam itu dianggap sebagai pengecualian. Jika ditinjau dari
segi komposisi memiliki bentuk yang kurang ideal dan juga jarang dipakai dalam
tulisan ilmiah.
Setiap paragraf hanya boleh
mengandung satu ide pokok. Perhatikan contoh paragraf (1) berikut.
Contoh (1)
(a).
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia selalu mengalami perubahan. (b)
perubahan itu antara lain berupa penambahan kata-kata baru, baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing. (c) penambahan yang berasal dari bahasa daerah
maupun dari bahasa asing. Misalnya astronaut, kosmonaut, satelit, komputer, dan
televisi. (d) penambahan kata-kata baru itu dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam komunikasi.
Paragraf tersebut terdiri atas
empat kalimat, semuanya membicarakan perkembangan bahasa Indonesia. Ide pokok
(pikiran utama) paragraf tersebut adalah ”perkembangan bahasa Indonesia” yang
tertuang dalam kalimat (a). kalimat (b), (c), dan (d) merupakan kalimat
penjelas karena ketiga kalimat itu menjelaskan ide pokok pada kalimat utamanya.
3.
Tujuan
Pembentukan Paragraf
Kita akan kesulitan memahami isi
suatu paragraf apabila kita membaca sebuah tulisan yang tidak tersusun atas
kesatuan paragraf. Keteraturan penyajian gagasan dalam karya tulis dapat
dilakukan jika setiap paragraf hanya memuat satu ide pokok yang dinyatakan
dalam kalimat utama. Gagasan bawahan yang berfungsi sebagai ide penjelas
terhadap ide pokok dinyatakan dalam kalimat kalimat yang lain.
Penyusun paragraf dalam karya tulis
mempunyai dua tujuan yaitu : pertama, memudahkan pengertian dan pemahaman
dengan cara menyekat-nyekat ide pokok yang satu dari ide pokok yang lain
berdasarkan keharusan untuk mengungkap satu ide pokok saja pada setiap
paragraf. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya penghentian secara wajar dan
formal sebelum beralih ke paragraf berikutnya. Jika terdapat dua atau lebih ide
pokok, paragraf tersebut perlu dipecah menjadi dua atau lebih paragraf. Kedua, memudahkan
membaca mengikuti uraian penulis secara sistematis dari ide yang satu ke ide
yang lain. Sehingga pemusatan perhatian dapat di lakukan pada setiap ide yang
di ungkapkan dalam karya tulis tersebut.
Contoh (2)
(a)Saharuddin dg gassing tidak tahu
banyak tentang desa kelahirannya. (b) ia tidak tahu-menahu mengapa desanya itu di namai desa
Bontomarannu. (c) ia tidak tahu-menahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai
(desa tetangga) kini mengering. (d) ia juga tidak tahu mengapa nenek moyang nya
dahulu sampai di desa itu. (e) meski sudah uzur, Saharuddin dg. Gasssing masih
gesit dan cekatan. (f) begitu bangun pagi,
tanpa harus minum kopi dahulu, dia sudah memikul cangkul menuju sawah
karapannya. (g) ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang
sudah mengeras oleh musim kemarau panjang.
Paragraf contoh
(2) di atas tidak dapat di sebut paragraf yang baik sebab mengandung 2 ide
pokok, yaitu kalimat (a) dan kalimat (e). Oleh karena itu paragraf tersebut di
pecahkan menjadi 2 paragraf seperti yang terlihat pada contoh berikut.
Contoh (2a)
(a)Saharuddin dg. Gassing tidak
tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) ia tidak tahu-menahu mengapa desanya itu di namai desa
Bontomarannu. (c) ia tidak tahu-menahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai
(desa tetangga) kini mengering. (d) ia juga tidak tahu mengapa nenek moyang nya
dahulu sampai di desa itu.
(a) meski sudah uzur, Saharuddin
dg. Gasssing masih gesit dan cekatan. (b) begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, dia sudah
memikul cangkul menuju sawah karapannya. (c) ia terus mengayunkan cangkulnya
membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh musim kemarau panjang.
4. Jenis Jenis Paragraf
Untuk mengetahui jenis-jenis paragraf, kita dapat
menggunakan 3 aspek.:
4.1 Berdasarkan Fungsinya
Dalam Karangan, Paragraf Di Bagi Tiga Jenis :
a. Paragraf Pembuka
paragraf pembuka atau paragraf
pendahuluan berfungsi sebagai pembuka
atau pengantar pokok pembicaraan untuk sampai kepada masalah yang di uraikan
dalam karangan. Paragraf jenis ini harus mampu mengundang minat dan perhatian
pembaca, serta sanggup menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui
seluruh isi uraian.
b. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah
paragraf-paragraf yang berfungsi mengemukakan inti inti persoalan, juga memberi
ilustrasi dan contoh. Semua masalah yang akan diuraikan dimuat dalam
paragraf-paragraf ini yang secara teknis ditempatkan diantara paragraf pembuka
dan penutup. Dengan demikian, paragraf ini berisikan pembahasan inti persoalan
yang dikemukakan.
c.
Paragraf Penutup
Paragraph penutup adalah paragraf
yang berada pada bagian akhir tulisan yang berisikan simpulan dari semua uraian
sebelumnya dengan fungsinya sebagai penutup. Paragraf ini sering merupakan
pernyataan atau penegasan kembali mengenai masalah-masalah yang dianggap
penting dalam paragraf penghubung. Kalimat-kalimat yang menyusunnya diusahakan
dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi para pembaca. Seperti halnya
paragraf pembuka, paragraf ini tidak
boleh terlalu banyak atau terlalu panjang.
4.2 Berdasarkan Posisi Kalimat Utama, Paragraf
Dibagi Empat Jenis :
a.
Paragraf Deduktif
Kalimat utama yang ditempatkan pada
bagian awal paragraf akan membentuk paragraf deduktif, yaitu cara penguraian
yang menyajikan pokok permasalahan lebih dahulu, lalu menyusul uraian terinci
mengenai ide pokok (mengikuti urutan umum-khusus).
Contoh
(3) :
Media
massa merupakan salah satu sarana yang penting untuk membina dan mengembangkan
bahasa Indonesia. Melalui media massa
setiap hari disebarkan informasi yang menggunakan bahasa sebagai sarananya.
Dalam penyebaran informasi itu, media massa senantiasa memperhatikan pemakaian
bahasa Indonesia. Berdasarkan hubungan tersebut, media massa telah memberi
sumbangan yang berharga bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
b.
Paragraf Induktif
Kalimat utama yang ditempatkan pada bagian akhir
akan membentuk paragraf induktif, yaitu cara penguraian yang menyajikan
penjelasan terlebih Dahulu, kemudian diakhiri dengan pokok pembicaraan
(mengikuti uraian khusus-umum). Perhatikan paragraf berikut.
Contoh (4):
Komputer dapat dijadikan alat
hiburan. Banyak komputer yang dilengkapi oleh fasilitas gambar tiga dimensi dan
tata suara yang memukau. Hal Ini sejalan
dengan perkembangan internet. Oleh
karena itu, beberapa komputer kini dirancang dengan mutu dan fungsi yang makin
meningkat sesuai dengan aplikasinya.
c. Paragraf Deduktif-Induktif
kalimat utama yang ditempatkan pada
bagian awal dan diulang pada bagian akhir dan membentuk paragraf
deduktif-induktif (campuran). Kalimat pada bagian akhir lebih bersifat
mengulang atau menegaskan kembali gagasan utama pada bagian awal. Cara
penguraiannya dimulai dengan pernyataan yang umum, kemudian diperjelas dengan
khusus, lalu kembali ke umum.
Contoh (5):
seorang anak perlu menyenangi dan menikmati
kegiatan kreatif. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengajak sianak melakukan kegiatan tersebut bersama-sam
orang tua atau pendidik. Kegiatan seperti ini sebaliknya dilakukan sejak usia
dini. Semangat dan kegembiraan orang tua dan pendidik dalam melakukan hal-hal
kreatif akan menular pada si anak. Jadi,
ia pun akan menyenangi dan menikmati kegiatan kreatif itu.
d. Paragraf Penuh Kalimat Utama
seluruh
kalimat yang membentuk paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat
yang khusus menjadi kalimat utama. Paragraf jenis ini sering dijumpai dalam
uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif.
Contoh (6):
Pada tengah hari itu pak lurah datang.
Bapak Bupati datang ketempat itu tiga jam kemudian kita melihat orang-orang
telah berkumpul dikarena itu. Tidak pula ketinggalan artis-artis muda belia. para
wartawan pun telah pula memantapkan waktu .
4.3 berdasarkan sifat
dan isinya, paragraf dibagi atas lima jenis:
a. Paragraf Naratif, jika isi paragraf bersifat
menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita.
b. paragraf Deskriptif, jika isi paragraf bersifat
melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
c. paragraf Ekspositoris, jika isi paragraf
memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu.
d. Paragraf argumentatif, jika isi paragraf bersifat
membahas suatu masalah dengan bukti-bukti atau alasan yang mendukung.
e. Paragraf Persuasif, jika isi paragraf bersifat
mempromosikan sesuatu dengan cara memengaruhi pembaca.
5. Kalimat Utama Dan
Kalimat Penjelas
Sebuah
paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling berhubungan dan hanya boleh
mengandung satu ide pokok yang dijelaskan oleh beberapa ide pokok penjelas. Ide
pokok dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas.
Contoh(7):
(a) kemajuan teknologi di negara Republik Indonesia pada akhir-akhir sangat
dirasakan oleh masyarakat berbagai suatu prestasi besar bagi bangsa Indonesia. (b)
Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor nyata yang sangat dibanggakan. (c)
Kehadiran industri pesawat terbang nusantara (IPTN), ditambah pula dengan
kehadiran Puspitek dan beberapa pembangkit tenaga listrik memberikan bukti
tentang kemajuan teknologi itu. (d) Apalagi, disana-sini tidak pula ketinggalan
beberapa industri mobil, elektronik, san obat-obatan.
Paragraf
diatas terdiri atas empt buah kalimat. Kalimat (a) mengungkapkan ide pokok(kemajuan teknologi yang sangat dirahasiakan), sedangkan kalimat (b), (c), dan (d)
merupakan penjelasan ide pokok. Kalimat yang memuat ide pokok disebut kalimat
utama atau kalimat topik seperti yang terlihat pada kalimat (a).
kalimat-kalimat yang mengungkapkan ide-ide penjelas seperti pada kalimat (b),
(c), dan (d) disebut kalimat penjelas. Jadi, dalam paragraf tersebut hanya
terdapat satu kalimat utama dan tiga kalimat penjelas.
Adanya satu ide pokok pada setiap
paragraf merupakan keharusan untuk menciptakan kesatuan paragraf. Penulis harus
menjaga keutuhan paragraf supaya semua kalimat yang membentuknya hanya
menjelaskan satu ide pokok. Kesemua kalimat yang harus terkait. Tidak boleh ada
satupun kalimat sumbang yang tidak mendukung ide pokoknya. Perhatikan paragraf
berikut.
Contoh (8) :
(a) PSM Makassar sukses. (b) kata kata itu meluncur
gembira dari bibir pelatih PSM, Muhammad Basri, setelah pertandingan final laga
Indonesia minggu malam di stadion senayan Jakarta. (c) salah seorang pemain
persija menerima sepatu emas karena berhasil mencetak gol terbanyak.(top
score). (d) pernyataan itu cukup wajar karena apa yang didambakan selama ini yaitu menjadi juara diginia Indonesia
telah terwujud. (e) kesemuanya itu dapat diperoleh berkat kerjasama yang baik
antara pelatih, manager, dan supporter serta semangat bertanding pemain yang
cukup tinggi.
(b) Paragraf
contoh (8) diatas bukan lah paragraf yang tidak baik, karena tidak memiliki
kesatuan. Keberadaan kalimat (c) merusak kesatuan paragraf. Kalimat tersebut
tidak emiliki hubungan langsung dengan ide pokok paragraf (PSM sukses) oleh
karena itu, kalimat (c) perlu dihilangkan atau dijadikan paragraf baru
6. Struktur Paragraf
Struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat utama atau kalimat
topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah
paragraf terdapat lebih dari satu kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk
paragraf yang baik. kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus saling
mendukung, saling menunjang, kait-berkait satu dengan yang lainnya.
Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama
paragraf .kalimat topik merupakan kalimat terpenting dan harus ada dalam setiap
paragraf. penulis menempatkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik
.sementara kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat pendukung terhadap kalimat topik
tadi. baik kalimat topik maupun kalimat penjelas memiliki ciri masing-masing.
Adapun
ciri-ciri kalimat topik diantaranya :
(a) mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih
lanjut ,(b) merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri,(c) mempunyai
arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain, dan (d)
dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung atau penghubung/transisi. ciri-ciri
kalimat penjelas antara lain : (a)
sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri(dari segi makna),(b)
arti kalimat ini akan jelas apabila dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu
paragraf,(c) pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa
penghubung/transisi, dan (d) isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data
tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
Ukuran panjang pendek sebuah
paragraf tidak dapat ditentukan secara mutlak. Hal itu tergantung pada bobot
atau kadar informasi yang akan diungkapkan. sebagai pegangan dapat disebutkan
disini bahwa paragraf yang ideal panjangnya berkisar antara 4-6 kalimat .
namun, dalam suatu paragraf dapat saja kalimatnya sampai 8 bahkan lebih jika
kalimatnya pendek-pendek ;atau kurang dari 4 jika kalimatnya panjang-panjang.
yang terpenting salah satu dari kalimat itu harus mengandung satu ide pokok dan
kalimat lainya harus mengandung harus mengandung satu ide pokok dan kalimat
lainnya harus mendukung ide pokok tersebut.
7. Syarat-Syarat
Pembentukan Paragraf
Seperti halnya sebuah kalimat,
sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat tertentu. paragraf yang baik dan
efektif harus memenuhi dua syarat.
7.1 Kesatuan Pikiran
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai
kesatuan apabila seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu pokok
pikiran atau satu masalah. tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan
pikiran utama tersebut. penyimpangan uraian akan menyulitkan pembaca memahami
maksud penulis.
Contoh(9)
Industri perkapalan siap
memproduksi jenis kapal untuk mengganti kapal yang dibesi tuakan . akan tetapi,
kemampuan mereka terbatas kalau dalam
waktu yang sangat singkat harus memproduksi kapal yang harus dibesi tuakan
,jelas industri dalam negeri tidak mampu. peningkatan kemampuan ini memerlukan
waktu sebaiknya hal ini dilakukan secara bertahap. Kalau bentuk pemajaan ini
pemerintah sampai mengimpornya dari luar negeri, tentu peluang yang begitu
besar untuk industri dalam negeri tidak termanfaatkan.
Keempat kalimat yang membentuk paragraf diatas
memperlihatkan adanya hubungan kesatuan pikiran karena hanya mengandung satu
pokok pikiran yang tertuang pada kalimat
pertama yang disusuli ide-ide penjelas. Penjelasan atau perinciannya diurutkan
sedemikian rupa sehingga hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain membentuk kesatuan yang bulat.
7.2 Kepaduan atau
Koherensi
Syarat kedua yang harus dipenuhi
oleh sebuah paragraph adalah adanya kepaduan atau koherensi. Syarat ini
dipenuhi juga aliran kalimat yang satu ke kalimat yang lainnya berjalan mulus
dan lancar di samping adanya hubungan timbal-balik antar kalimatnya. Uraian
yang tersusun yang baik tidak menunjukkan loncatan-loncatan pikiran yang
membingungkan. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan.
Kepaduan dalam paragraph dapat dibangun dengan cara-cara penggunaan repetisi, kata ganti, kata transisi.
Contoh
(10):
Faktur
adalah bukti penjualan barang. Faktur
ada yang digabungkan dengan kuitansi yang
disebut Faktur berkuitansi. Faktur berkuitansi cocok dipakai untuk
penjualan tunai. Faktur yang kedua adalah faktur tanpa kuitansi. Faktur tanpa kuitansi ini dapat
digunakan untuk penjualan tunai maupun
kredit.
Repetisi (pengulangan) kata kunci faktur dalam paragraph di atas
berfungsi memelihara kepaduan semua kalimat. Pengulangan kata kunci seperti itu
tidak boleh terlalu sering dilakukan karena dapat menimbulkan rasa bosan dan
jenuh bagi pembaca. Oleh karena itu, pengulangan untuk nama orang, misalnya,
hendaklah diselingi dengan kata ganti. Penggunaan kata ganti mengacu pada
manusia atau benda. Ada tiga jenis kata ganti yang dapat dipakai agar
kalimat-kalimat menjadi padu, yaitu: (1) kata ganti orang (ia/dia, beliau,
mereka, dan–nya), (2) kata ganti milik (-nya, beliau dan mereka) dan (3) kata
ganti penunjuk (ini dan itu). Ketiga jenis kata ganti itu dapat dipakai secara
bersamaan dalam satu paragraph.
Contoh
(11):
Dengan segala senang hati Pak Harun memandang padi yang tumbuh
dengan subur. Ternyata usahanya tidak
sia-sia. Tinggal beberapa minggu lagi ia
akan memetik hasilnya. Sekarang telah terbayang di matanya, orang sibuk
memotong, memikul padi berkarung-karung dan menimbunnya di halaman rumah. Tentu
anaknya Ida dan calon menantunya, Adi, aka ikut
bergembira. Hasil padi yang cukup baik ini tentu akan mengantarkan mereka ke
mahligai perkawinan.
Selain pengguna repetisi dan kata
ganti, penggunaan kata tradisi juga dapat dilakukan untuk menunjukkan adanya
kepaduan paragraph. Kata tradisi adalah kata atau frasa yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain untuk menjaga kepaduan
paragraph. Sifat hubungan antar kalimat akan menentukan pilihan kata/frasa
transisi yang dipakai dalam paragraph.
Contoh
(12):
Deterjen tidak hanya cocok dipakai
untuk mencuci bahan yang kasar, tetapi cocok juga untuk mencuci bahan yang halus seperti sutra.
Selain itu, deterjen data juga dipakai
untuk mencuci perabot dapur.
Tambahan lagi, perabotan yang dapat dicuci dengan bubuk deterjen ini warnanya tidak luntur.
Kata atau transisi dalam paragraph
diatas (selain itu dan tambahan lagi) berfungsi
menyatakan hubungan pertambahan. Selain menyatakan hubungan pertambahan
seperti itu, kata atau kata transisi masih memiliki berbagai fungsi lain
seperti berikut:
Fungsi: Menyatakan
|
Kata atau Frasa
Transisi
|
|
Akibatnya, karena
itu, maka, oleh sebab itu, dengan demikian, jadi.
Berikutnya, demikian
juga, kemudian, selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya, tambahan lagi.
Dalam hal yang sama,
lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu.
Akan tetapi,
bagaimanapun, meskipun begitu, namun, sebaliknya, walaupun demikian.
Berdekatan dengan itu,
disini, kedepan sana, tak jauh dari sana, keseberang, di sepanjang jalan.
Agar, untuk, guna,
untuk maksud itu.
Baru-baru ini, beberapa
saat kemudian, segera, sementara itu, ketika, kemudian, sejak.
Singkatnya,
ringkasnya, akhirnya, pendek kata, dengan kata lain, yakni, yaitu, sesungguhnya.
|
No comments:
Post a Comment