Sunday, June 4, 2017

Makalah Pembentukan Paragraf

Share it Please

PEMBENTUKAN PARAGRAF


KELOMPOK 6

HURON MAKSURAH M.                          B11116335                
            HASAN DAWILAH                                     B11116388    
     ANDI NUR MUH. PRIMA S.                     B11116367
     ZHEIN NIRWAN TAWIL                          B11116383
     A. MUH. FIQIH MUHFIDH T.                  B11116381                            
     MELKISEDEK MASOARA                             B11116379      





BAB VIII
PEMBENTUKAN PARAGRAF
Sasaran Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
  1. Menjelaskan pengertian paragraf
  2. Menjelaskan tujuan pembentukan paragraf
  3. Membedakan jenis-jenis paragraf
  4. Membedakan pikiran utama dan pikiran penjelas
  5. Menyusun struktur paragraf yang baik
  6. Menjelaskan syarat-syarat pembentukan paragraf

Materi
1.      Pendahuluan
Kalimat-kalimat yang telah dibuat dan disusun secara efektif perlu dihimpun dan dipadukan satu sama lain untuk membentuk satuan yang lebih besar, yaitu paragraf. Dalam upaya pembentukan paragraf tersebut, penulis hendaknya memperhatikan adanya kepaduan antarkalimat sebagai unsur pembentuknya. Melalui paragraf yang telah dibentuk, seorang penulis dapat menyusun dan mengembangkan isi pikirannya secara bertahap dan tertib sehingga maksud penulis mudah dipahami dan diterima oleh pembaca. Oleh sebab itu, terampil menulis paragraf perlu dikuasai oleh setiap orang yang memiliki aktivitas menulis, terutama bagi mereka yang ingin menulis karya tulis ilmiah. Agar dapat terampil menulis paragraf yang baik, seseorang harus banyak berlatih.
2.      Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan luas daripada kalimat. Sebagai satuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas, paragraf terdiri atas kumpulan atau rangkaian kalimat yang mendukung suatu ide pokok yang tertuang dalam kalimat utama atau kalimat topik. id pokok tersebut akan menjadi jelas apabila didukung oleh ide-ide penjelas.
Pengertian di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Akan tetapi, dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat. Hal ini memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan bab ini wujud paragraf semacam itu dianggap sebagai pengecualian. Jika ditinjau dari segi komposisi memiliki bentuk yang kurang ideal dan juga jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.
Setiap paragraf hanya boleh mengandung satu ide pokok. Perhatikan contoh paragraf (1) berikut.
Contoh (1)
          (a). Dalam perkembangannya bahasa Indonesia selalu mengalami perubahan. (b) perubahan itu antara lain berupa penambahan kata-kata baru, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. (c) penambahan yang berasal dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Misalnya astronaut, kosmonaut, satelit, komputer, dan televisi. (d) penambahan kata-kata baru itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam komunikasi.
Paragraf tersebut terdiri atas empat kalimat, semuanya membicarakan perkembangan bahasa Indonesia. Ide pokok (pikiran utama) paragraf tersebut adalah ”perkembangan bahasa Indonesia” yang tertuang dalam kalimat (a). kalimat (b), (c), dan (d) merupakan kalimat penjelas karena ketiga kalimat itu menjelaskan ide pokok pada kalimat utamanya.
3.      Tujuan Pembentukan Paragraf
Kita akan kesulitan memahami isi suatu paragraf apabila kita membaca sebuah tulisan yang tidak tersusun atas kesatuan paragraf. Keteraturan penyajian gagasan dalam karya tulis dapat dilakukan jika setiap paragraf hanya memuat satu ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat utama. Gagasan bawahan yang berfungsi sebagai ide penjelas terhadap ide pokok dinyatakan dalam kalimat kalimat yang lain.
Penyusun paragraf dalam karya tulis mempunyai dua tujuan yaitu : pertama, memudahkan pengertian dan pemahaman dengan cara menyekat-nyekat ide pokok yang satu dari ide pokok yang lain berdasarkan keharusan untuk mengungkap satu ide pokok saja pada setiap paragraf. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya penghentian secara wajar dan formal sebelum beralih ke paragraf berikutnya. Jika terdapat dua atau lebih ide pokok, paragraf tersebut perlu dipecah menjadi dua atau lebih paragraf. Kedua, memudahkan membaca mengikuti uraian penulis secara sistematis dari ide yang satu ke ide yang lain. Sehingga pemusatan perhatian dapat di lakukan pada setiap ide yang di ungkapkan dalam karya tulis tersebut.
Contoh (2)
(a)Saharuddin dg gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) ia tidak tahu-menahu  mengapa desanya itu di namai desa Bontomarannu. (c) ia tidak tahu-menahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai (desa tetangga) kini mengering. (d) ia juga tidak tahu mengapa nenek moyang nya dahulu sampai di desa itu. (e) meski sudah uzur, Saharuddin dg. Gasssing masih gesit dan cekatan. (f) begitu bangun pagi,  tanpa harus minum kopi dahulu, dia sudah memikul cangkul menuju sawah karapannya. (g) ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh musim kemarau panjang.
Paragraf contoh (2) di atas tidak dapat di sebut paragraf yang baik sebab mengandung 2 ide pokok, yaitu kalimat (a) dan kalimat (e). Oleh karena itu paragraf tersebut di pecahkan menjadi 2 paragraf seperti yang terlihat pada contoh berikut.
Contoh (2a)
(a)Saharuddin dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) ia tidak tahu-menahu  mengapa desanya itu di namai desa Bontomarannu. (c) ia tidak tahu-menahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai (desa tetangga) kini mengering. (d) ia juga tidak tahu mengapa nenek moyang nya dahulu sampai di desa itu.
(a) meski sudah uzur, Saharuddin dg. Gasssing masih gesit dan cekatan. (b) begitu bangun pagi,  tanpa harus minum kopi dahulu, dia sudah memikul cangkul menuju sawah karapannya. (c) ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh musim kemarau panjang.
4. Jenis Jenis Paragraf
Untuk mengetahui jenis-jenis paragraf, kita dapat menggunakan 3 aspek.:
4.1 Berdasarkan Fungsinya Dalam Karangan, Paragraf Di Bagi Tiga Jenis :
a. Paragraf Pembuka
paragraf pembuka atau paragraf pendahuluan berfungsi  sebagai pembuka atau pengantar pokok pembicaraan untuk sampai kepada masalah yang di uraikan dalam karangan. Paragraf jenis ini harus mampu mengundang minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui seluruh isi uraian.
b. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah paragraf-paragraf yang berfungsi mengemukakan inti inti persoalan, juga memberi ilustrasi dan contoh. Semua masalah yang akan diuraikan dimuat dalam paragraf-paragraf ini yang secara teknis ditempatkan diantara paragraf pembuka dan penutup. Dengan demikian, paragraf ini berisikan pembahasan inti persoalan yang dikemukakan.
c. Paragraf Penutup
Paragraph penutup adalah paragraf yang berada pada bagian akhir tulisan yang berisikan simpulan dari semua uraian sebelumnya dengan fungsinya sebagai penutup. Paragraf ini sering merupakan pernyataan atau penegasan kembali mengenai masalah-masalah yang dianggap penting dalam paragraf penghubung. Kalimat-kalimat yang menyusunnya diusahakan dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi para pembaca. Seperti halnya paragraf  pembuka, paragraf ini tidak boleh terlalu banyak atau terlalu panjang.
4.2 Berdasarkan Posisi Kalimat Utama, Paragraf Dibagi Empat Jenis :
a. Paragraf Deduktif
Kalimat utama yang ditempatkan pada bagian awal paragraf akan membentuk paragraf deduktif, yaitu cara penguraian yang menyajikan pokok permasalahan lebih dahulu, lalu menyusul uraian terinci mengenai ide pokok (mengikuti urutan umum-khusus).
Contoh (3) :
Media massa merupakan salah satu sarana yang penting untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia. Melalui media massa setiap hari disebarkan informasi yang menggunakan bahasa sebagai sarananya. Dalam penyebaran informasi itu, media massa senantiasa memperhatikan pemakaian bahasa Indonesia. Berdasarkan hubungan tersebut, media massa telah memberi sumbangan yang berharga bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
b. Paragraf Induktif
Kalimat utama yang ditempatkan pada bagian akhir akan membentuk paragraf induktif, yaitu cara penguraian yang menyajikan penjelasan terlebih Dahulu, kemudian diakhiri dengan pokok pembicaraan (mengikuti uraian khusus-umum). Perhatikan paragraf berikut.
Contoh (4):
Komputer dapat dijadikan alat hiburan. Banyak komputer yang dilengkapi oleh fasilitas gambar tiga dimensi dan tata suara yang memukau. Hal  Ini sejalan dengan perkembangan internet. Oleh karena itu, beberapa komputer kini dirancang dengan mutu dan fungsi yang makin meningkat sesuai dengan aplikasinya.
c. Paragraf Deduktif-Induktif
kalimat utama yang ditempatkan pada bagian awal dan diulang pada bagian akhir dan membentuk paragraf deduktif-induktif (campuran). Kalimat pada bagian akhir lebih bersifat mengulang atau menegaskan kembali gagasan utama pada bagian awal. Cara penguraiannya dimulai dengan pernyataan yang umum, kemudian diperjelas dengan khusus, lalu kembali ke umum.
Contoh (5):
          seorang anak perlu menyenangi dan menikmati kegiatan kreatif. Hal ini dapat dilakukan  dengan cara mengajak sianak melakukan kegiatan tersebut bersama-sam orang tua atau pendidik. Kegiatan seperti ini sebaliknya dilakukan sejak usia dini. Semangat dan kegembiraan orang tua dan pendidik dalam melakukan hal-hal kreatif akan menular pada si anak. Jadi, ia pun akan menyenangi dan menikmati kegiatan kreatif itu.
d. Paragraf Penuh Kalimat Utama
          seluruh kalimat yang membentuk paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat utama. Paragraf jenis ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif.
Contoh (6):
          Pada tengah hari itu pak lurah datang. Bapak Bupati datang ketempat itu tiga jam kemudian kita melihat orang-orang telah berkumpul dikarena itu. Tidak pula ketinggalan artis-artis muda belia. para wartawan pun telah pula memantapkan waktu .
4.3 berdasarkan sifat dan isinya, paragraf dibagi atas lima jenis:
a. Paragraf Naratif, jika isi paragraf bersifat menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita.
b. paragraf Deskriptif, jika isi paragraf bersifat melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
c. paragraf Ekspositoris, jika isi paragraf memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu.
d. Paragraf argumentatif, jika isi paragraf bersifat membahas suatu masalah dengan bukti-bukti atau alasan yang mendukung.
e. Paragraf Persuasif, jika isi paragraf bersifat mempromosikan sesuatu dengan cara memengaruhi pembaca.
5. Kalimat Utama Dan Kalimat Penjelas
       Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling berhubungan dan hanya boleh mengandung satu ide pokok yang dijelaskan oleh beberapa ide pokok penjelas. Ide pokok dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas.
Contoh(7):
            (a) kemajuan teknologi di negara Republik Indonesia pada akhir-akhir sangat dirasakan oleh masyarakat berbagai suatu prestasi besar bagi bangsa Indonesia. (b) Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor nyata yang sangat dibanggakan. (c) Kehadiran industri pesawat terbang nusantara (IPTN), ditambah pula dengan kehadiran Puspitek dan beberapa pembangkit tenaga listrik memberikan bukti tentang kemajuan teknologi itu. (d) Apalagi, disana-sini tidak pula ketinggalan beberapa industri mobil, elektronik, san obat-obatan.
            Paragraf diatas terdiri atas empt buah kalimat. Kalimat (a) mengungkapkan ide pokok(kemajuan teknologi yang sangat dirahasiakan), sedangkan kalimat (b), (c), dan (d) merupakan penjelasan ide pokok. Kalimat yang memuat ide pokok disebut kalimat utama atau kalimat topik seperti yang terlihat pada kalimat (a). kalimat-kalimat yang mengungkapkan ide-ide penjelas seperti pada kalimat (b), (c), dan (d) disebut kalimat penjelas. Jadi, dalam paragraf tersebut hanya terdapat satu kalimat utama dan tiga kalimat penjelas.
            Adanya satu ide pokok pada setiap paragraf merupakan keharusan untuk menciptakan kesatuan paragraf. Penulis harus menjaga keutuhan paragraf supaya semua kalimat yang membentuknya hanya menjelaskan satu ide pokok. Kesemua kalimat yang harus terkait. Tidak boleh ada satupun kalimat sumbang yang tidak mendukung ide pokoknya. Perhatikan paragraf berikut.  
Contoh (8)  :
(a)    PSM  Makassar sukses. (b) kata kata itu meluncur gembira dari bibir pelatih PSM, Muhammad Basri, setelah pertandingan final laga Indonesia minggu malam di stadion senayan Jakarta. (c) salah seorang pemain persija menerima sepatu emas karena berhasil mencetak gol terbanyak.(top score). (d) pernyataan itu cukup wajar karena apa yang didambakan selama  ini yaitu menjadi juara diginia Indonesia telah terwujud. (e) kesemuanya itu dapat diperoleh berkat kerjasama yang baik antara pelatih, manager, dan supporter serta semangat bertanding pemain yang cukup tinggi.

(b)   Paragraf contoh (8) diatas bukan lah paragraf yang tidak baik, karena tidak memiliki kesatuan. Keberadaan kalimat (c) merusak kesatuan paragraf. Kalimat tersebut tidak emiliki hubungan langsung dengan ide pokok paragraf (PSM sukses) oleh karena itu, kalimat (c) perlu dihilangkan atau dijadikan paragraf baru


6. Struktur Paragraf
         Struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat utama atau kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari satu kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus saling mendukung, saling menunjang, kait-berkait satu dengan yang lainnya.
           Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama paragraf .kalimat topik merupakan kalimat terpenting dan harus ada dalam setiap paragraf. penulis menempatkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik .sementara kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat pendukung terhadap kalimat topik tadi. baik kalimat topik maupun kalimat penjelas memiliki ciri masing-masing.
            Adapun ciri-ciri kalimat topik diantaranya  : (a) mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut ,(b) merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri,(c) mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain, dan (d) dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung atau penghubung/transisi. ciri-ciri kalimat penjelas antara lain  : (a) sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri(dari segi makna),(b) arti kalimat ini akan jelas apabila dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf,(c) pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung/transisi, dan (d) isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
Ukuran panjang pendek sebuah paragraf tidak dapat ditentukan secara mutlak. Hal itu tergantung pada bobot atau kadar informasi yang akan diungkapkan. sebagai pegangan dapat disebutkan disini bahwa paragraf yang ideal panjangnya berkisar antara 4-6 kalimat . namun, dalam suatu paragraf dapat saja kalimatnya sampai 8 bahkan lebih jika kalimatnya pendek-pendek ;atau kurang dari 4 jika kalimatnya panjang-panjang. yang terpenting salah satu dari kalimat itu harus mengandung satu ide pokok dan kalimat lainya harus mengandung harus mengandung satu ide pokok dan kalimat lainnya harus mendukung ide pokok tersebut.
7. Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf
Seperti halnya sebuah kalimat, sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat tertentu. paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi dua syarat.
7.1 Kesatuan Pikiran
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan apabila seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu pokok pikiran atau satu masalah. tidak boleh ada unsur-unsur  yang sama sekali tidak berhubungan dengan pikiran utama tersebut. penyimpangan uraian akan menyulitkan pembaca memahami maksud penulis.
Contoh(9)
Industri perkapalan siap memproduksi jenis kapal untuk mengganti kapal yang dibesi tuakan . akan tetapi, kemampuan mereka terbatas  kalau dalam waktu yang sangat singkat harus memproduksi kapal yang harus dibesi tuakan ,jelas industri dalam negeri tidak mampu. peningkatan kemampuan ini memerlukan waktu sebaiknya hal ini dilakukan secara bertahap. Kalau bentuk pemajaan ini pemerintah sampai mengimpornya dari luar negeri, tentu peluang yang begitu besar untuk industri dalam negeri tidak termanfaatkan.
 Keempat kalimat yang membentuk paragraf diatas memperlihatkan adanya hubungan kesatuan pikiran karena hanya mengandung satu pokok  pikiran yang tertuang pada kalimat pertama yang disusuli ide-ide penjelas. Penjelasan atau perinciannya diurutkan sedemikian rupa sehingga hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain membentuk kesatuan yang bulat.

7.2 Kepaduan atau Koherensi
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraph adalah adanya kepaduan atau koherensi. Syarat ini dipenuhi juga aliran kalimat yang satu ke kalimat yang lainnya berjalan mulus dan lancar di samping adanya hubungan timbal-balik antar kalimatnya. Uraian yang tersusun yang baik tidak menunjukkan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan. Kepaduan dalam paragraph dapat dibangun dengan cara-cara penggunaan repetisi, kata ganti, kata transisi.
Contoh (10):
Faktur adalah bukti penjualan barang. Faktur ada yang digabungkan dengan kuitansi yang  disebut Faktur berkuitansi. Faktur berkuitansi cocok dipakai untuk penjualan tunai. Faktur yang  kedua adalah faktur tanpa kuitansi. Faktur tanpa kuitansi ini dapat digunakan untuk penjualan  tunai maupun kredit.
Repetisi (pengulangan) kata kunci faktur dalam paragraph di atas berfungsi memelihara kepaduan semua kalimat. Pengulangan kata kunci seperti itu tidak boleh terlalu sering dilakukan karena dapat menimbulkan rasa bosan dan jenuh bagi pembaca. Oleh karena itu, pengulangan untuk nama orang, misalnya, hendaklah diselingi dengan kata ganti. Penggunaan kata ganti mengacu pada manusia atau benda. Ada tiga jenis kata ganti yang dapat dipakai agar kalimat-kalimat menjadi padu, yaitu: (1) kata ganti orang (ia/dia, beliau, mereka, dan–nya), (2) kata ganti milik (-nya, beliau dan mereka) dan (3) kata ganti penunjuk (ini dan itu). Ketiga jenis kata ganti itu dapat dipakai secara bersamaan dalam satu paragraph.



Contoh (11):
Dengan segala senang hati Pak Harun memandang padi yang tumbuh dengan subur.   Ternyata usahanya tidak sia-sia. Tinggal beberapa minggu lagi ia akan memetik hasilnya. Sekarang telah terbayang di matanya, orang sibuk memotong, memikul padi berkarung-karung dan menimbunnya di halaman rumah. Tentu anaknya Ida dan calon menantunya, Adi, aka           ikut bergembira. Hasil padi yang cukup baik ini tentu akan mengantarkan mereka ke mahligai perkawinan.
Selain pengguna repetisi dan kata ganti, penggunaan kata tradisi juga dapat dilakukan untuk menunjukkan adanya kepaduan paragraph. Kata tradisi adalah kata atau frasa yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain untuk menjaga kepaduan paragraph. Sifat hubungan antar kalimat akan menentukan pilihan kata/frasa transisi yang dipakai dalam paragraph.
Contoh (12):
Deterjen tidak hanya cocok dipakai untuk mencuci bahan yang kasar, tetapi cocok juga  untuk mencuci bahan yang halus seperti sutra. Selain itu, deterjen data juga  dipakai untuk        mencuci perabot dapur. Tambahan lagi, perabotan yang dapat dicuci dengan bubuk deterjen ini  warnanya tidak luntur.
Kata atau transisi dalam paragraph diatas (selain itu dan tambahan lagi) berfungsi menyatakan hubungan pertambahan. Selain menyatakan hubungan pertambahan seperti itu, kata atau kata transisi masih memiliki berbagai fungsi lain seperti berikut:




Fungsi: Menyatakan
Kata atau Frasa Transisi
  1. Hubungan akibat /hasil

  1. Hubungan pertambahan

  1. Hubungan perbandingan


  1. Hubungan pertentangan

  1. Hubungan tempat

  1. Hubungan tujuan
  2. Hubungan waktu

  1. Hubungan singkatan
Akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu, dengan demikian, jadi.
Berikutnya, demikian juga, kemudian, selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya, tambahan lagi.
Dalam hal yang sama, lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik dari  itu, berbeda dengan itu.
Akan tetapi, bagaimanapun, meskipun begitu, namun, sebaliknya, walaupun demikian.
Berdekatan dengan itu, disini, kedepan sana, tak jauh dari sana, keseberang, di sepanjang jalan.
Agar, untuk, guna, untuk maksud itu.
Baru-baru ini, beberapa saat kemudian, segera, sementara itu, ketika, kemudian, sejak.
Singkatnya, ringkasnya, akhirnya, pendek kata, dengan kata lain, yakni, yaitu, sesungguhnya.


No comments:

Post a Comment

Blogroll

About