Friday, June 2, 2017

Makalah Pemilihan dan Penggunaan Kata

Share it Please
BAHASA INDONESIA
PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN KATA





Kelompok 3
Andi Muh Aqsha Amran                B11116339
Andi Riski Fausy                             B11116340
Muh. Aswin                                     B11116344
Fitya Zaskyah Darwis                      B11116349
Muh Haerul                                     B11116354
Satrio Aji Putra Wirabuana            B11116375

Sasaran Pembelajaran
Setelah mempelajari meteri bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
  1. Memilih kata secara tepat dalam penggunaannya sesuai dengan kaidah makna;
  2. Membedakan kata yang bermakna denotatif dan konotatif;
  3. Menggunakan secara tepat kata-kata yang bersinonim dan kata-kata yang berhomonim;
  4. Memilih dan menggunakan secara tepat kata khusus disamping kata umum, kata konkret di samping kata abstrak, kata kajian disamping kata populer dan kata mirip;
  5. Menggunakan kata baku pada setiap pembicaraan dalam tulisan resmi
  6. Menghindari penggunaan kata mubazir
MATERI
1.      Pendahuluan
Dalam tuturan atau tulisan resmi, terutama karya ilmiah, pilihan kata yang tepat sangat menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan. Kata-kata atau istilah yang dipilih dan digunakan haruslah secara tepat pula dipahami oleh pendengar atau pembaca. Sehubungan dengan itu, penutur atau penulis, selalu harus menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa tersebut, dan harus pula mengetahui kaidah-kaidah yang dimaksud seperti kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah sosial, dan kaidah kerang-mengarang.
Ketetapan dalam memilih kata sangat dipengaruhi oleh kemampuan penggunaan bahasa mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif untuk mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau lawan bicara. Indikator ketetapan memilih kata antara lain: (1) mengomunikasikan gagasan berdasarkan kaidah bahasa Indonesia. (2) menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna, (3) mengasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara, dan (4) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan. Selain pilihan kata yang tepat, efektifitas komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Kesesuaian pilihan kata juga turut menentukan gaya bahasa seseorang. Kalimat, paragraf, atau wacana dapat menjadi efektif jika diekspresikan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa memengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita. Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung oleh tanda baca yang tepat dapat menimbulkan nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui rangkaian kata yang disertai penekanan sehingga mampu menghasilkan daya persuasi yang tinggi.
Pembicaraan bab ini dikemukakan beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kaidah makna yang menuntun pengguna bahasa kepada pemilihan dan penggunaan kata yang tepat.
2.      Kaidah Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketetapan pemilihan kata sebagai lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek.
2.1. Kata yang Denotatif dan Kata yang Konotasi
Kata yang denotatif berhubungan dengan konsep denotasi dan kata yang konotatif berhubungan dengan konsep konotasi. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata, sedangkan nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada disamping denotasi disebut konotasi
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna kata yang sesuai dengan konsepnya sehingga disebut juga makna konseptual, makna yang sesuai dengan makna kata dalam kamus atau leksikal. Kata yang konotatif mengandung makna tambahan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa tertentu pengguna bahasa bersangkutan.
Contoh :
1.   Toko itu dilayani gadis-gadis cantik
2.   Toko itu dilayani dara-dara cantik
3.   Toko itu dilayani perawan-perawan cantik
Kata-kata gadis, dara, dan perawan secara denotative maknanya sama yaitu wanita atau wanita muda yang belum kawin, tetapi secara konotatif maknanya berbeda. Gadis mengandung makna umum, dara mengandung makna yang bersifat puitis, dan perawan mengandung makna asosiasi tertentu.
Demikian pula kata-kata kelompok, rombongan, dan gerombolan secara denotatif bermakna kumpulan benda atau orang, tetap secara konotaitf dibedakan maknanya, yaitu kelompok dan rombongan berada dalam makna positif, sedangkan gerombolan dipahami dalam hubungan negatif.
Contoh :
4.   Kelompok anak muda itu sedang asyik bermain music.
5.   Ketua rombongan turis yang baru tiba dikalungi untaian bunga
6.   Gerombolan pengacau tersebut telah ditumpas abis
Dalam pembahasan makna kata terdapat beragam konotasi social, yaitu ada yang bersifat posotif da nada negative, tinggi dan rendah, sopan dan porno, atau yang sakral. Misalnya kata-kata karyawan, asisten, wisma, hamil, dan berpulang kerahmatullah dianggap positif, baik, sopan, dan modern dibandingkan dengan kata-kata buruh, pembantu, pondok, bunting, dan mati yang dianggap negative, kurang baik, kasar dan kuno. Agar dapat menyatakan gagasan dengan tepat, seseorang pembicara/penulis harus dapat pula memilih kata-kata dengan konotasi yang tepat.
2.2 Kata yang bersinonim dan Kata yang mirip
Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu obyek atau satu konsep. Ada kata yang dapat melambangkan beberapa makna dan sebaiknya ada beberapa kata melambangkan satu makna. Beberapa kata yang melambangkan satu makna tergolong kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim. Sinonim ialah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan makna itu tidak berlaku sepenuhnya, namun dalam kadar tertentu ada pertalian makna antara kata-kata yang berbeda itu.
Contohnya dapat terlihat pada penggunaan kata-kata indah, cantik, dan bagus yang mengandung makna yang sama tentang sesuatu yang sedap dipandang mata. Ketetapan kata-kata itu dalam penggunaannya bergantung pada ketetapan pilihan atas kata masing-masing. Misalnya, kita katakana pemandangan indah,gadis cantik, dan rumah bagus. Tentu saja akan terasa janggal atau kurang tepat jika dikatakan pemandangannya cantik dan gadis bagus.     
Demikian pula penggunaan kata penonton dan pemirsa, yang kedua-duanya mengandung makna orang yang menyaksikan suatu tontonan. Pilihannya harus dapat dibedakan, yaitu penonton digunakan untuk semua tontonan atau pertunjukan. Sedangkan pemirsa hanya lazim untuk tayangan televisi.
Contoh :
7.      Tumpah-ruah penonton pertandingan bola kaki itu.
(penonton tidak dapat diganti pemirsa)
8.           “Para pemirsa dimana saja anda sekalian berada”. Ujar penyiar televise mengawali siarannya.
(pemirsa dapat diganti menjadi penonton)
Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi bentuknya atau kata-kata yang mirip dari segi maknanya. Kata-kata sedang dan sedangkan, suatu dan sesuatum sekali-kali dan sekali-sekali termasuk kata-kata yang mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata masing-masing, dan tiap-tiap, jam dan pukul, tidak dan bungkam termasuk kata yang mempunyai kemiripan makna.
Kata-kata tersebut sering dikicaukan pengguanaannya sehingga melahirakan kalimat-kalimat yang tidak tepat atau baku.          
Contoh :
9.      Tinggallah dahulu disini, saya hendak membicarakan sesuatu hal denganmu.

Seharusnya,
a.       Tinggallah dahulu disini, saya hendak membicarakan suatu hal denganmu.
b.      Tinggallah dahulu disini, saya hendak membicarakan sesuatu denganmu.
(kata suatu dalam pengguanaannya diikuti kata benda, misalnya suatu hal,suatu masalah, dan suatu kejadian, sedangkan kata sesuatu tidak diikuti kata benda sebab kata itu tidak tentu atau tidak jelas).

10.       Masing-masing peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar lima belas ribu rupiah.

Seharusnya,
a.       Para peserta penataran membayar uang pendaftaran masing-masing sebesar lima belas ribu rupiah.
b.      Tiap-tiap peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar lima belas ribu rupiah.

11.       Setelah penataran usai, tiap-tiap peserta kembali kerumahnya masing-masing.
(kata tiap-tiap dalam penggunaannya diikuti kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak diikuti kata benda).
Demikian pula penggunaan kata jam dan pukul harus dilakukan secara tepat. Kata jam menunjukkan jangka waktu, sedangkan pukul menunjukkan waktu.
Contoh:
12.       Pelajaran petama berlangsung mulai pukul 07.30 sampai dengan 09.30.
13.       Pelajaran pertama berlangsung selama dua jam.
2.3 Homofon dan Homograf
Homofon ialah kata-kata yang sama lafalnya, tetap berbeda ejaannya. Misalnya, kata bang dan bank, sangsi dan sanksi.
Contoh:
14.       “Bagaimanakah Bang, setujukah?” Tanya istrinya.(bang singkatan dari abang semakna dengan kakak, yaitu kakak laki-laki)
15.       Untuk menarik nasabah, beberapa bank mengadakan undian tabungan.(bank, lembaga keuangan yaitu usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan pengedaran uang.)
16.       Aku masih sangsi untuk mengambil keputusan akhir. (sangsi bermakna bimbang/ragu-ragu)
17.       Dewan keamanan PBB memberi sanksi terhadap negara yang menyerang negara lain.
Homograf ialah kata-kata yang sama ejaannya,tetapi berbeda lafalnya Misalnya, kata teras ( dengan e pepet) bermakna bagian atau bagian utama, seperti pada teras kayu dan pegawai teras, dan kata teras (dengan e taling) bermakna anjungan atau kaki lima, seperti pada teras rumah dan teras toko.
Contoh :
18.       Ayahnya adalah pejabat teras kantor gubernur.
19.       Pada waktu malam mulai larut, tampak beberapa orang tunawisma  tidur di   teras toko.
Selanjutnya, selain kata yang berhomofon dan berhomograf terdapat juga kata-kata yang berhomofon dan berhomograf sekaligus yaitu satu bentuk yang sama ejaan dan lafalnya tetapi memiliki makna yang berbeda. Misalnya kata buku dapat bermakna sendi ( pada tulang , bambu, dan tebu) begitu pula kata bisa dapat bermakna racun dan dapat bermakna boleh.
Contoh :
20.       Saya membeli beberapa buah  buku tulis.
21.       Buku tulang-tulangku terasa nyeri.
22.       Bisa ular sangat berbahaya.
23.       Anak kecil itu belum bisa berjalan dengan baik.
2.4 Kata Umum dan Kata Khusus.
Kata-kata yang tergolong kata umum dibedakan dari kata-kata yang tergolongkata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata maka makin umum sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Kata-kata umum termasuk kata yang mempunyai hubungan luas. Sedangkan kata-kata khusus mempunyai hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik.
Bandingkan :


Kata Umum
Pemimpin
runcing
Kecil, mini
Memasak
campuran

Kata Khusus
Direktur
Tujuan, memancing
Mikro, minor
Memanak
Ramuan, adonan




Kata runcing dapat digunakan untuk menyebut semua sifat benda yang makin ke ujung makin kecil dan tajam, sedangkan kata mancung hanya digunakan secara khusus untuk hidung yang mancung. Demikian juga kata memasak digunakan untuk menyatakan pekerjaan masak-memasak secara umum, sedangkan menanak hanya khusus untuk mananak nasi.  
Contoh :
24.       Jarum, pena, dan tombak dikelompokkan pada benda-benda yang runcing.
25.       Gadis yang cantik itu memiliki hidung yang mancung
26.       Ibu sibuk memasak gulai ketika saya datang
27.       saya diberi tugas menanak nasi
Kata-kata yang tergolong nama diri, seperti Rudi, Yayuk, Aceh, Latimojong, dan Tempe termasuk kelompok kata khusus
2.5 Kata Populer dan Kata Kajian
Kata-kata yang tergolong kata popular adalah kata yang popular atau terkenal di kalangan masyarakat atau kata-kata yang banyak digunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi. Sebaliknya, kata kajian adlaah kata-kata yang digunakan secara terbatas pada kesempatan-kesempatan tertentu berupa kata-kata atau istilah yang digunakan oleh golongan ilmuan dalam pembicaraan tulisan-tulisan ilmiah.


Kata Populer
Tahap
Sejajar
Bahagian, umur
Kata Kajian
Stadium
Paralel
Suku cadang


            Contoh :
28.       Rencana pembangunan tahap pertama adalah Repelita I. (tahap bermakna tingkat atau jenjang)
29.       Usaha penyembuhan kanker pada stadium awal telah dilakukan. (usaha bermakna tingkatan dalam daur hidup atau pengengembangan suatu profesi, tingkatan masa penyakit)
2.6 Kata Baku dan Kata Tidak Baku
Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kata-kata baku, yaitu kata-kata yang telah resmi dan standar dalam penggunaannya. Kata-kata baku ada yang memang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing yang sudah disesuaikan ejaannya dengan ejaan bahasa Indonesia yang resmi. Sebaliknya, kata-kata tidak baku yaitu kata-kata yang belum diterima secara resmi atau kata-kata yang tidak menuruti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh :


Kata Baku                                                         Kata Tidak Baku
Kuitansi                                                             Kwitansi
Beri tahu                                                            Kasi tahu
Padamkan (lampu)                                             Kasi mati, bunuh (lampu)
Panutan                                                              Anutan
Pihak                                                                  Fihak
Teladan                                                              Tauladan
Terdiri atas                                                         Terdiri dari
Analisis                                                              Analisa
Insaf                                                                  Insyaf
Mengubah                                                          Merubah
Mengesampingkan                                             Mengenyampingkan
Peresmian                                                          Peresmian
Perwilayahan, perwilayahan                              Pengwilayahan
Tergantung pada                                                Tergantung pada
Menaati                                                              Menaati




2.7 Kata Mubazir
      Kata mubazir adalah kata-kata bersininim atau kata-kata yang sama maknanya dan digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebih-lebihan. Penggunaaan kata mubazir dalam tuturan atau tulisan sebaiknya dihindari karena menimbulkan makana yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat antara lain pada pemakaian kata-kata saja dan dari, demi dan untuk, agar dan supaya, sebab dan karena , amat sangat, dan sekali.

Contoh :
30.       Sejak dari kecil dia sudah bisa bersikap jujur.
                        denganmu.
Seharusnya,
a.       Sejak kecil dia sudah dibiasakan bersikap jujur.
b.       Dari kecil dia sudah dibiasakan jujur.

31.       Demi untuk menjaga keamanan kampung digiatkan siskamling.
Seharusnya,
a.       Demi menjaga keamanan kampung, digiatkan siskamling.
b.       Untuk menjaga keamanan kampung, digiatkan siskamling.

32.       Disebabkan karena kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus.
Seharusnya,
a.       Disebabkan (oleh) kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus.
b.      Karena kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus.
Termasuk dalam kata mubazir ini penggunaan secara besamaan kata bilangan tak tentu yang menyatakan jamak dengan kata berulang atau reduplikasi yang juga menyatakan makna jamak.
Misalnya : banyak rumah-rumah, beberapa syarat-syarat, para ibu-ibu, dll.
Contoh :
33.       Banyak rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena  harganya terlalu mahal.
Seharusnya,
a.       Banyak rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya terlalu   mahal.
b.      Rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN banyak yang belum terjual karena harnganya terlalu mahal.

34.       Untuk memeriahkan peringatan hari Kartini, para ibu-ibu  mengadakan penjualan sandang dan pangan murah

Seharusnya,
a.       Untuk memeriahkan peringatan hari Kartini, para ibu mengadakan penjualan sandang dan pangan murah.
b.      Untuk memeriahkan peringatan hari Kartini, para ibu-ibu  mengadakan penjualan sandang dan pangan murah.



No comments:

Post a Comment

Blogroll

About