BAHASA INDONESIA
PEMILIHAN DAN
PENGGUNAAN KATA
Kelompok 3
Andi Muh Aqsha Amran B11116339
Andi Riski Fausy B11116340
Muh. Aswin B11116344
Fitya Zaskyah Darwis B11116349
Muh Haerul B11116354
Satrio Aji Putra Wirabuana B11116375
Sasaran
Pembelajaran
Setelah
mempelajari meteri bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
- Memilih kata secara tepat dalam
penggunaannya sesuai dengan kaidah makna;
- Membedakan kata yang bermakna
denotatif dan konotatif;
- Menggunakan secara tepat kata-kata
yang bersinonim dan kata-kata yang berhomonim;
- Memilih dan menggunakan secara
tepat kata khusus disamping kata umum, kata konkret di samping kata
abstrak, kata kajian disamping kata populer dan kata mirip;
- Menggunakan kata baku pada setiap
pembicaraan dalam tulisan resmi
- Menghindari penggunaan kata mubazir
MATERI
1.
Pendahuluan
Dalam
tuturan atau tulisan resmi, terutama karya ilmiah, pilihan kata yang tepat
sangat menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan. Kata-kata atau istilah yang
dipilih dan digunakan haruslah secara tepat pula dipahami oleh pendengar atau
pembaca. Sehubungan dengan itu, penutur atau penulis, selalu harus menguasai
cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa tersebut, dan harus pula mengetahui
kaidah-kaidah yang dimaksud seperti kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah
sosial, dan kaidah kerang-mengarang.
Ketetapan
dalam memilih kata sangat dipengaruhi oleh kemampuan penggunaan bahasa
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif
untuk mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya
secara efektif kepada pembaca atau lawan bicara. Indikator ketetapan memilih
kata antara lain: (1) mengomunikasikan gagasan berdasarkan kaidah bahasa
Indonesia. (2) menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah
penafsiran atau salah makna, (3) mengasilkan respon pembaca atau pendengar
sesuai dengan harapan penulis atau pembicara, dan (4) menghasilkan target
komunikasi yang diharapkan. Selain pilihan kata yang tepat, efektifitas
komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu
kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Kesesuaian
pilihan kata juga turut menentukan gaya bahasa seseorang. Kalimat, paragraf,
atau wacana dapat menjadi efektif jika diekspresikan dengan gaya bahasa yang
tepat. Gaya bahasa memengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan,
kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita. Selain itu, pilihan dan
kesesuaian kata yang didukung oleh tanda baca yang tepat dapat menimbulkan nada
kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui rangkaian kata yang disertai
penekanan sehingga mampu menghasilkan daya persuasi yang tinggi.
Pembicaraan
bab ini dikemukakan beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kaidah makna
yang menuntun pengguna bahasa kepada pemilihan dan penggunaan kata yang tepat.
2.
Kaidah
Makna
Kaidah
makna dalam pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketetapan pemilihan kata
sebagai lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai
aspek.
2.1. Kata
yang Denotatif dan Kata yang Konotasi
Kata
yang denotatif berhubungan dengan konsep denotasi dan kata yang konotatif
berhubungan dengan konsep konotasi. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung
oleh suatu kata, sedangkan nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada disamping
denotasi disebut konotasi
Kata
yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna kata yang sesuai dengan
konsepnya sehingga disebut juga makna konseptual, makna yang sesuai dengan
makna kata dalam kamus atau leksikal. Kata yang konotatif mengandung makna
tambahan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa tertentu pengguna bahasa
bersangkutan.
Contoh
:
1. Toko
itu dilayani gadis-gadis cantik
2. Toko
itu dilayani dara-dara cantik
3. Toko
itu dilayani perawan-perawan cantik
Kata-kata gadis, dara, dan perawan
secara denotative maknanya sama yaitu wanita atau wanita muda yang belum kawin,
tetapi secara konotatif maknanya berbeda. Gadis mengandung makna umum, dara
mengandung makna yang bersifat puitis, dan perawan mengandung makna asosiasi
tertentu.
Demikian pula kata-kata kelompok,
rombongan, dan gerombolan secara denotatif bermakna kumpulan benda atau orang,
tetap secara konotaitf dibedakan maknanya, yaitu kelompok dan rombongan berada
dalam makna positif, sedangkan gerombolan dipahami dalam hubungan negatif.
Contoh :
4. Kelompok
anak muda itu sedang asyik bermain music.
5. Ketua
rombongan turis yang baru tiba dikalungi untaian bunga
6. Gerombolan
pengacau tersebut telah ditumpas abis
Dalam pembahasan makna kata terdapat
beragam konotasi social, yaitu ada yang bersifat posotif da nada negative,
tinggi dan rendah, sopan dan porno, atau yang sakral. Misalnya kata-kata
karyawan, asisten, wisma, hamil, dan berpulang kerahmatullah dianggap positif,
baik, sopan, dan modern dibandingkan dengan kata-kata buruh, pembantu, pondok,
bunting, dan mati yang dianggap negative, kurang baik, kasar dan kuno. Agar
dapat menyatakan gagasan dengan tepat, seseorang pembicara/penulis harus dapat
pula memilih kata-kata dengan konotasi yang tepat.
2.2 Kata yang bersinonim dan Kata
yang mirip
Setiap
kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu obyek atau satu
konsep. Ada kata yang dapat melambangkan beberapa makna dan sebaiknya ada
beberapa kata melambangkan satu makna. Beberapa kata yang melambangkan satu
makna tergolong kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim. Sinonim ialah kata
yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan makna itu tidak
berlaku sepenuhnya, namun dalam kadar tertentu ada pertalian makna antara
kata-kata yang berbeda itu.
Contohnya
dapat terlihat pada penggunaan kata-kata indah, cantik, dan bagus yang
mengandung makna yang sama tentang sesuatu yang sedap dipandang mata. Ketetapan
kata-kata itu dalam penggunaannya bergantung pada ketetapan pilihan atas kata
masing-masing. Misalnya, kita katakana pemandangan indah,gadis cantik, dan
rumah bagus. Tentu saja akan terasa janggal atau kurang tepat jika dikatakan
pemandangannya cantik dan gadis bagus.
Demikian
pula penggunaan kata penonton dan pemirsa, yang kedua-duanya mengandung makna
orang yang menyaksikan suatu tontonan. Pilihannya harus dapat dibedakan, yaitu
penonton digunakan untuk semua tontonan atau pertunjukan. Sedangkan pemirsa
hanya lazim untuk tayangan televisi.
Contoh
:
7.
Tumpah-ruah penonton pertandingan
bola kaki itu.
(penonton
tidak dapat diganti pemirsa)
8.
“Para pemirsa dimana saja anda
sekalian berada”. Ujar penyiar televise mengawali siarannya.
(pemirsa
dapat diganti menjadi penonton)
Kata-kata
yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi
bentuknya atau kata-kata yang mirip dari segi maknanya. Kata-kata sedang dan
sedangkan, suatu dan sesuatum sekali-kali dan sekali-sekali termasuk kata-kata
yang mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata masing-masing, dan
tiap-tiap, jam dan pukul, tidak dan bungkam termasuk kata yang mempunyai
kemiripan makna.
Kata-kata
tersebut sering dikicaukan pengguanaannya sehingga melahirakan kalimat-kalimat
yang tidak tepat atau baku.
Contoh
:
9. Tinggallah
dahulu disini, saya hendak membicarakan sesuatu hal denganmu.
Seharusnya,
a. Tinggallah
dahulu disini, saya hendak membicarakan suatu hal denganmu.
b. Tinggallah
dahulu disini, saya hendak membicarakan sesuatu denganmu.
(kata suatu
dalam pengguanaannya diikuti kata benda, misalnya suatu hal,suatu masalah, dan
suatu kejadian, sedangkan kata sesuatu tidak diikuti kata benda sebab kata itu
tidak tentu atau tidak jelas).
10. Masing-masing
peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar lima belas ribu rupiah.
Seharusnya,
a. Para
peserta penataran membayar uang pendaftaran masing-masing
sebesar lima belas ribu rupiah.
b. Tiap-tiap peserta
penataran membayar uang pendaftaran sebesar lima belas ribu rupiah.
11. Setelah
penataran usai, tiap-tiap peserta
kembali kerumahnya masing-masing.
(kata
tiap-tiap dalam penggunaannya diikuti kata benda, sedangkan kata masing-masing
tidak diikuti kata benda).
Demikian
pula penggunaan kata jam dan pukul harus dilakukan secara tepat. Kata jam
menunjukkan jangka waktu, sedangkan pukul menunjukkan waktu.
Contoh:
12. Pelajaran
petama berlangsung mulai pukul 07.30
sampai dengan 09.30.
13. Pelajaran
pertama berlangsung selama dua jam.
2.3 Homofon dan
Homograf
Homofon
ialah kata-kata yang sama lafalnya, tetap berbeda ejaannya. Misalnya, kata bang
dan bank, sangsi dan sanksi.
Contoh:
14. “Bagaimanakah
Bang, setujukah?” Tanya
istrinya.(bang singkatan dari abang semakna dengan kakak, yaitu kakak
laki-laki)
15. Untuk
menarik nasabah, beberapa bank
mengadakan undian tabungan.(bank, lembaga keuangan yaitu usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan pengedaran uang.)
16. Aku
masih sangsi untuk mengambil
keputusan akhir. (sangsi bermakna bimbang/ragu-ragu)
17. Dewan
keamanan PBB memberi sanksi terhadap
negara yang menyerang negara lain.
Homograf
ialah kata-kata yang sama ejaannya,tetapi berbeda lafalnya Misalnya, kata teras
( dengan e pepet) bermakna bagian atau bagian utama, seperti pada teras kayu
dan pegawai teras, dan kata teras (dengan e taling) bermakna anjungan atau kaki
lima, seperti pada teras rumah dan teras toko.
Contoh
:
18. Ayahnya
adalah pejabat teras kantor gubernur.
19. Pada
waktu malam mulai larut, tampak beberapa orang tunawisma tidur di
teras toko.
Selanjutnya,
selain kata yang berhomofon dan berhomograf terdapat juga kata-kata yang
berhomofon dan berhomograf sekaligus yaitu satu bentuk yang sama ejaan dan
lafalnya tetapi memiliki makna yang berbeda. Misalnya kata buku dapat bermakna
sendi ( pada tulang , bambu, dan tebu) begitu pula kata bisa dapat bermakna
racun dan dapat bermakna boleh.
Contoh
:
20. Saya
membeli beberapa buah buku tulis.
21. Buku
tulang-tulangku terasa nyeri.
22. Bisa
ular sangat berbahaya.
23. Anak
kecil itu belum bisa berjalan dengan
baik.
2.4 Kata Umum dan Kata
Khusus.
Kata-kata
yang tergolong kata umum dibedakan dari kata-kata yang tergolongkata khusus
berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata maka makin
umum sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya.
Kata-kata umum termasuk kata yang mempunyai hubungan luas. Sedangkan kata-kata
khusus mempunyai hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik.
Bandingkan :
Kata Umum
Pemimpin
runcing
Kecil, mini
Memasak
campuran
Kata Khusus
Direktur
Tujuan, memancing
Mikro, minor
Memanak
Ramuan, adonan
Kata runcing dapat digunakan
untuk menyebut semua sifat benda yang makin ke ujung makin kecil dan tajam,
sedangkan kata mancung hanya digunakan secara khusus untuk hidung yang mancung.
Demikian juga kata memasak digunakan untuk menyatakan pekerjaan masak-memasak
secara umum, sedangkan menanak hanya khusus untuk mananak nasi.
Contoh :
24.
Jarum,
pena, dan tombak dikelompokkan pada benda-benda yang runcing.
25.
Gadis
yang cantik itu memiliki hidung yang mancung
26.
Ibu
sibuk memasak gulai ketika saya datang
27.
saya
diberi tugas menanak nasi
Kata-kata yang tergolong
nama diri, seperti Rudi, Yayuk, Aceh, Latimojong, dan Tempe termasuk kelompok
kata khusus
2.5 Kata Populer dan Kata Kajian
Kata-kata yang tergolong
kata popular adalah kata yang popular atau terkenal di kalangan masyarakat atau
kata-kata yang banyak digunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi.
Sebaliknya, kata kajian adlaah kata-kata yang digunakan secara terbatas pada
kesempatan-kesempatan tertentu berupa kata-kata atau istilah yang digunakan
oleh golongan ilmuan dalam pembicaraan tulisan-tulisan ilmiah.
Kata Populer
Tahap
Sejajar
Bahagian, umur
Kata Kajian
Stadium
Paralel
Suku cadang
Contoh :
28.
Rencana
pembangunan tahap pertama adalah
Repelita I. (tahap bermakna tingkat atau jenjang)
29.
Usaha
penyembuhan kanker pada stadium awal
telah dilakukan. (usaha bermakna tingkatan dalam daur hidup atau
pengengembangan suatu profesi, tingkatan masa penyakit)
2.6
Kata Baku dan Kata Tidak Baku
Tuturan dan tulisan resmi
harus menggunakan kata-kata baku, yaitu kata-kata yang telah resmi dan standar
dalam penggunaannya. Kata-kata baku ada yang memang berasal dari bahasa daerah
dan bahasa asing yang sudah disesuaikan ejaannya dengan ejaan bahasa Indonesia
yang resmi. Sebaliknya, kata-kata tidak baku yaitu kata-kata yang belum
diterima secara resmi atau kata-kata yang tidak menuruti kaidah-kaidah yang
berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
Kata Baku Kata
Tidak Baku
Kuitansi Kwitansi
Beri tahu Kasi
tahu
Padamkan (lampu) Kasi
mati, bunuh (lampu)
Panutan Anutan
Pihak Fihak
Teladan Tauladan
Terdiri atas Terdiri
dari
Analisis Analisa
Insaf Insyaf
Mengubah Merubah
Mengesampingkan Mengenyampingkan
Peresmian Peresmian
Perwilayahan, perwilayahan Pengwilayahan
Tergantung pada Tergantung
pada
Menaati Menaati
2.7 Kata Mubazir
Kata
mubazir adalah kata-kata bersininim atau kata-kata yang sama maknanya dan
digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi
berlebih-lebihan. Penggunaaan kata mubazir dalam tuturan atau tulisan sebaiknya
dihindari karena menimbulkan makana yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat antara
lain pada pemakaian kata-kata saja dan dari, demi dan untuk, agar dan supaya,
sebab dan karena , amat sangat, dan sekali.
Contoh :
30.
Sejak dari kecil
dia sudah bisa bersikap jujur.
denganmu.
Seharusnya,
a.
Sejak kecil dia sudah
dibiasakan bersikap jujur.
b.
Dari kecil dia sudah dibiasakan jujur.
31.
Demi untuk
menjaga keamanan kampung digiatkan siskamling.
Seharusnya,
a.
Demi menjaga
keamanan kampung, digiatkan siskamling.
b.
Untuk menjaga keamanan kampung, digiatkan
siskamling.
32.
Disebabkan
karena kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus.
Seharusnya,
a.
Disebabkan
(oleh) kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus.
b.
Karena
kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus.
Termasuk dalam kata mubazir ini penggunaan secara
besamaan kata bilangan tak tentu yang menyatakan jamak dengan kata berulang
atau reduplikasi yang juga menyatakan makna jamak.
Misalnya : banyak rumah-rumah, beberapa
syarat-syarat, para ibu-ibu, dll.
Contoh :
33.
Banyak
rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya terlalu mahal.
Seharusnya,
a.
Banyak rumah
yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya terlalu mahal.
b.
Rumah-rumah yang
dibangun melalui kredit BTN banyak yang belum terjual karena harnganya terlalu
mahal.
34.
Untuk
memeriahkan peringatan hari Kartini, para ibu-ibu mengadakan penjualan sandang dan pangan murah
Seharusnya,
a.
Untuk
memeriahkan peringatan hari Kartini, para ibu mengadakan penjualan sandang dan
pangan murah.
b.
Untuk
memeriahkan peringatan hari Kartini, para ibu-ibu mengadakan penjualan sandang dan pangan
murah.
No comments:
Post a Comment