wahai kau pencekik rakyat....
retorika kolot yang mengangkat harkat
wacana usang yang lama tak terdengar
muncul bak artis superstar
dogma dogma akan kebenaran relatif
hakikinya hanya dilandasi kebenaran performatif
martabat yang dulu diagung agungkan
kini bagai sepotong roti yang dijajakan dijalanan
sungguh realita yang begitu perih
melihat kebahagian kebahagian itu berubah
menjadi rintihan demi akan sebutir nasi utuh
bagi mereka yang tak tahu tapi tunduk patuh
wahai kau pencekik rakyat...
ingin kuludahi mukamu yang cantik
agar kau mengerti rupamu yang terkutuk
ingin kucongkel mata indahmu
agar kau tahu hitamnya hatimu
maaf jika diri yang lanknat ini lancang
yang sering saja menjadi penghalang
maaf jika diri yang laknat ini lancang
puisi ini tak kalah dari suara yang lantang
No comments:
Post a Comment