Sunday, June 4, 2017

Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu



PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu,artinya kelima sila pancasila merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa terminologiyang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan peran pancasilasebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,antara lainpancasila sebagai intellectual bastion (Sofian Effendi); pancasila sebagai common denominator values (Muladi); pancasila sebagai paradigma ilmuPentingnya pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmubagi mahasiswa adalah untuk memperlihatkan peran pancasilasebagai rambu-rambu normatifbagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Selainitu,pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat luas.
Nah setelah kita membahas sedikit kulit kulit dari tema dari apa yang dibicarakan ini, pasti teman teman akan bertanya tanya bahwa, mengapa kita harus mempelajari pembahasan ini ? ataukah apasih pentingnya ilmu terhadap pancasila ataupun apasih pentingnya pancasila terhadap ilmu itu sendiri ?
Ini sedikit pemaparan dari kelompok pemateri
Ø  Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Ø  Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-nilai pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri
Ø  Ketiga, bahwa nilai-nilai pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
Ø  Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).

Didalam sistem ini pula terdapat beberapa sumber sumber dalam hal pengembangan ilmu antara lain :
·         Sumber Historis
·         Sumber Sosiologis
·         Sumber  Politis


Memang kita ketahui bahwa ilmu itu dalam pengembangan khususnya pada pengembangan suatu negara sangatlah dibutuhkan, mengapa ?
Kita bercermin pada beberapa negara yang menghasilkan buah buah para pemikir besar yang kini sangatlah terkenal dan begitu terasa ketika dimasa depan, contohnya saja ilmuan Einstein yang dimana kebanyakan penemuan penemuannya memiliki hak paten dan telah dipergnakan secara universal diseluruh dunia,  hanya karena dengan ilmunya negaranya pun juga mendapat imbas yang positif terhadap seseorang yang telah menjadikan negara itu menjadi salah satu kiblat dalam berilmu pengetahuan. Tetapi ita perlu pahami lagi bahwa ilmu tanpa suatu aturan aturan yang mengiringi akan berakibat butanya diri terhadap keapaan yang kita miliki, inilah fungsi dari Pancasila itu sendiri sebagai suatu sistem dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Terimakasih.



Continue Reading...

Dinamika dan Tantangan Pancasila Seabagi Sistem Filsafat




DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

                Sebelum kita melangkah lebih jauh tentang tema yang akan kita akan diangkat, alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa sih itu filsafat ?
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tatatertib (logika) dengan bebas (takterikattradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnyasehinggasampaikedasar-dasarpersoalan
ArtiPancasilasebagaidasarfilsafatadalahsamadanmutlakbagiseluruhtumpahdarah Indonesia. Tidakadatempatbagiwarganegara Indonesia yang pro dankontra, karenaPancasilasudahditetapkansebagaifilsafatbangsa Indonesia.
FilsafatPancasilamerupakanrefleksikritisdanrasionaltentangPancasilasebagaidasarnegaradankenyataanbudayabangsadengantujuanuntukmendapatkanpokok-pokokpengertiansecaramendasardanmenyeluruhdaributir-butirpancasila. Dengandemikian, filsafatPancasilaakanmengungkapkankonsep-konsepkebenaran yang bukansajaditujukanpadabangsa Indonesia, melainkanbagimanusiapadaumumnya. Baikdariaspekontologis,  aspekepistemologi, maupunaspekaksiologi.

Diakhir akhir ini kita melihat, kemrosotan dalam suatu pemaknaan dari lima nilai luhur dalam pancasila, menurut saya ini merupakan kurangnya daya olah otak dari manusia itu sendiri, mengapa demikian ? karena saya yakin bahwa jika setiap manusia benar benar memahami secara hakiki fungsi dan tujuan dari pancasila itu sendiri maka tak akan ada pengikisan nilai, penelantaran suatu ideologi negara yang disisihkan leh arus perkembangan zaman dimasa kini, disinilah fungsi dari suatu filsafat sebagai wadah atau tempat para pemuda pemuda indonesia untuk lebih merenungi lagi arti dan makna dari nilai nilai dalam pancasila itu.
Dan perlu disayangkan bahwa, terlalu banyak tantangan yang dialami dalam pengaktualisasian pancasila dalam hal sistem filsafat, karena terlalu banyaknya masyarakat yang terhegemoni dalam belenggu budaya asing , yang terus menerus menciptkan suatu gaya hidup yang berubah menjadi kebutuhan bagi bangsa kita. Sehingga terbentuklah suatu masyarakat yang futuristik tapi buta akan budayanya sendiri termasuk ideologinya yaitu Pancasila.
Terimakasih.

Continue Reading...

Makalah Ejaan Bahasa Indonesia



Nama kelompok 1 :
1.Ana Karmelia
2.Revina Farhana
3.Meriyanti Djaka
4.Nur Wahida
5.Annabel Maksurah
6.Irma Wati Ningsih

EJAAN BAHASA INDONESIA
(PELAFALAN,PEMAKAIAN HURUF,PEMISAHAN SUKU KATA,
PENULISAN HURUF,KATA,FARTIKEL,DAN ANGKA BILANGAN)



1.Pendahuluan
            Dasar yang paling baik untuk melambankan bunyi ujaran suatu bahasa adalah satu bunyi ujaran yang  membedakan arti dilambangkan dengan atu lambang tetentu.Lambang yang dipakai untuk mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf.Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.
            Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkaan lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang dibicarakan dalam ejaan.Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf,kata,unsur,serapan,dan tanda baca.Bahasa indonesia menggunakan ejaan fonemik,yaitu hanya satu bunyi yang berfungsi dalam bahaa indonesia yang dilambangkan dengan satu tanda (huruf).Sesuai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnkan  jumlah huruf yang digunakan dalam bahasa Indonesia berjumlah 26 buah.
            Walaupun bahasa Indonesia mengnut sistem ejaan fonemik,yaitu satu tanda (huruf) dilambangkan satu bunyi,namun kenyataannya masih terdapat kekurangan.Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda,seperti /ng/,/ny/,/kh/,dan /sy/.Sebaliknya ada dua buyi yang dilambangkan dengan satu tanda saja seperti /e/ taling dan /e/ pepet.Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.
2.Pelafalan
            Salah satu yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau cara mengucapkan bahasasa Indonesia.Akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bahasa Indonesia dengan keraguan,yaitu ketidakteraturan pengguna bahasa Indonesia melafalkan huruf .Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena tanda (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang menandai huruf-huruf tersebut.
            Kaidah pelafalan bunyi bahasa indonesia berbeda dengan kaidah bahasa asing,seperti bahasa Inggris,bahasa Belanda,bahasa Jerman,dan lain-lain.Dalam bahasa-bahasa tersebut,satu lambang huruf dapat dilafalkan berbeda,misalnya /a/ atau /g/ dapat dicapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fenom yang ada disekitarnya.Lain halnya dengan bahasa Indonesia,ketentuan pelafalan yang berlaku cukup sederhana,yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis.Tegasnya ,lafal bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut:
            Tulisan                         Lafal yang benar                           Lafal yang salah                                   
            teknik                          teknik                                             teknik                                          
            tegel                            tegel                                               tehel                    
            energi                          energi                                             enerhi,enersi,enerji
            praktik                         praktik                                            praktek
            risiko                           risiko                                             resiko
            aegenda                       agenda                                           ahenda
            Masalah lain yang muncul dalam pelafalan ialah masalah pelafalan singkatan kata dengan huruf.
Perhatikan contoh berikut:
            Tulisan                    Lafal yang benar                    Lafal yang salah
            TV                           /te ve/                                     /ti vi/
            AC                           /a ce/                                      /a se/
            LNG                        /el en ge/                                /el en ji/
            MTQ                       /em te ki/                                /emtekyu,emtekui/
Hal lain yang perlu mendapat perhatian ialah pemakaian dan pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri.Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama diri,yaitu nama orang,badan hukum,lembaga,jalan,kata,sungai,gunung,dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku,kecuali kalau ada pertimbangan adat,hukum,agama,atau kesejahteraan dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnaan (EYD).Jadi,pelafalan dan penulisan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis,bergantung,pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia,nama produk (minuman atau obat-obatan) bergantung pada keviasaan yang berlaku untuk nama tersebut.Jadi,pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis.Hal tetsebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.
Perhatikan contoh berikit:
Tulisan                        Lafal yang benar                    Lafal yang salah
HCL                            Ha Se El                                 Ha Ce El
Co2                             Se O2                                      Ce O2
Coca Cola                   ko ka ko la                              co ca co la
Seven Up                    se fen ap                                  se ven up
Selanjutnya,kaidah pelafalan perlu juga dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi / h /.Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa indonesia.Bunyi /h/ yang terlerak diantara dua vokal yang sama harus dilafalkan dwngan jelas,seperti pada kata mahal,pohon,luhur,leher.Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran,seperti pada kata tahun,lihat,pahit.Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/,yaitu tawun,liyat,payit.Aturan ini tidak berlaku bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya,seperti kata mahir,lahir,kohir,kohesi.
3.pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya,yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/.Beberapa huruf di antaranya,yaitu huruf /f/,/v/,/x/,dan /z/,merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia.Dengan demikian,pemakaian huruf-huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti dengan huruf lain.
Contoh:                  fakta tidak diganti dengan pakta
                               aktif tidak diganti dengan aktip
                              valuta tidak diganti dengan paluta       
                              ziarah tidak diganti dengan jiarah atau siarah
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf swperti /q/ dan /x/.huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus,sedangkan istilah umum harus diganti dengan huruf / k/.Demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk lamabang,seperti xenon,sinar x,x+y.Huruf /x/ apabila terdapat di tengah kata atau akhir kata diganti dengan huruf gugus konsumen /ks/.
Contoh:                 Quran tetap ditulis Quran (nama)
                              aquarium harus ditulis akuarium
                              kuadrat harus ditulis kuadrat
                              complekx harus ditulis dengan
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/,juga digunakan untuk melambangkan bunyi hamzah (glotal).Ternyata masih ada pemakai bahasa yang memakai tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:                 ta’zim harus diganti sengan taksim
                              da'wah harus diganti dengan dakwah
                              ma'mur harus diganti dengan makmur
4.Pemisahan Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal.Huruf vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan.Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris,yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan.Penggunaan bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain,misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan.Penulis harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan,seperti berikut ini.
1.      Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan,pemisahan dilakukan di antara      kedua vokal tersebut.
Contoh:
                        mainmai-in                     taatta-at
2.      Apabila di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan,pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan tetsebut.
Contoh:
                        ambilam-bil                    undangun-dang
3.      Apabila di tengah kata tetdapat konsonan di antara dua vokal,pemisahan dilakukan sebelum konsonan tersebut.
Contoh:
                        benarbe-nar                     sulitsu-lit
4.      Apabila si tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih berurutan,pemisahan dilakukan di antara konsonan pertama dan kedua.
Contoh:
                         komplekskom-pleks        instrumenin-stru-men
5.      Imbuhan,termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dab partikel yang biasanya ditulis serangkai dwngan kata dasarnya,pemisahannya dilakukan dengan cara imbuhan dan partikel dipisahkan dahulu dari kata dasarnya,kemudian kata dasar dipisahkan menurut kaidah 1 s.d. 4 di atas.
Contoh:           
                    Pengalamanpeng-alam-anpeng-a-lam-an   
                    bantulahbantu-lahban-tu-lah
6.      Kalau kata itu bentuk kombinasi,pisahkan dahulu unsur kombinasinya dengan kata dasar,kemudian pemisahan suku kata dilakukan menurut kaidah 1 s.d. 4.
Contoh:
                    kilogramkilo-gramki-lo-gram 
                    swadayaswa-dayaswa-da-ya
7.      Pada akhir dan awal baris tidak diperkenalkan ada huruf yang berdiri sendiri,baik vokal maupun konsonan.
Contoh:        salah
                     …di-                              …masalah i-
                     a orangnya.                   tu…..
Contoh:        benar
                     …dia                             …masalah
                     orangnya.                      itu...
8.      Tanda pisah (-) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf terakhir,harus diletakkan di samping kanan sejajar dengan huruf.
Contoh:          Salah
                       ….pengam                  …kedatang
                       bilan…                        an…
Contoh:          Benar
                       …pengam-                 …kedatang-
                       bilan                           an
5.Penulisan Huruf
Ada dua hal yang diatur mengenai penulisan huruf dalam ejaan yang Disempurnakan,yaitu aturan penulisan huflruf kapital (besar) dan aturan penulisan huruf miring.Kedua aturan tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut.
5.1 Penulisan Huruf Kapital
Kaidah-kaidah penulisan yang tertera pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan masih sering diabaikan penggunaannya pada berbagai tulisan.Kesalahan dalam penulisan terjadi karena pengguna bahasa tidak mau berusaha memahami kaidah-kaidah yang tercantum dalam buku pedoman ejaan.Sehubungan dengan hal tersebut,berikut ini akan dijelaskan secara singkat kaidah-kaidah penulisan huruf kapital yang sering menimbulkan kesalahan yang cukup tinggi.Kaidah yang jarang ditemukan kesalahan penggunaannya tidak perlu dibicarakan atau dijelaskan pada uraian ini.
Nomor tiga pada buku pedoman itu menyebutkan bahwa ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital,termasuk kata kata ganti Untuk Tuhan.kata-kata seperti Quran Mahakuasa,Maha Pengasih,Maha Esa sebagai ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan dan nama Tuhan ditulis dengan huruf kapital.Adapun ungkapan yang berhubungan dengan nama diri cukup ditulis dengan huruf kecil dengan demikian kata-kata seperti jin,iblis,surga,neraka,malaikat,meskipun bertalian dengan keagamaan tidak ditulis dengan huruf kapital.
Kata ganti Tuhan yaitu Engkau,Nya,dan Mu,huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kapital antara kata ganti dan kata yang mengikutinya harus diberikan tanda hubung (-) karena tidak boleh ada huruf kapital diapit oleh huruf kecil.
Contoh:
              ...hamba-Nya
               ... hamba-Mu
               ... Engkau beri rahmat
Kaidah empat dan lima penulisan huruf kapital menyatakan bahwa gelar,jabatan,atau pangkat yang diikuti langsung nama orang,nama daerah atau negara,huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
            Presiden Republik Indonesia
            Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
            Gubernur Sulawesi Selatan
            Haji Agus Salim
            Sultan Hasanuddin
            Laksana Muda Udara Husein Sastranegara
Tapi perhatikan penulisan berikut:
            Tugas presiden tidak ringan.
            Siapakah gubernur yang baru dilantik itu ?
            Brigadir Jenderal Achmad baru dilantik jadi mayor jenderal.
            Hasanuddin,Sultan Makassar,digelari juga Ayam Jantan Dari Timur.   
 Kaidah tujuh dan delapan EYD menyatakan bahwa yang ditulis dengan huruf kapital pada huruf awalnya hanyalah yang menyangkut nama bangsa,suku,bahasa,tahun,bulan,hari,hari raya,dan peristiwa sejarah.
Contoh:
        bangsa Indonesia
        suku Makassar
        bahasa Inggris
        tahun Hijriah
        bulan Ramadhan
        bulan Natal
        Perang Padri 
        Proklamasi Kemerdekaan
tetapi perhatikan penulisan berikut :
        mengindonesiakan kata-kata asing
        keinggris-inggrisan
        memproklamasikan kemerdekaan
 Kaidah lain yang juga sering menimbulkan kesalahan penulisan ialah penulisan huruf kapital yang menunjukkan hubungan kekerabatan yang digunakan sebagai kata ganti atau sapaan.Kata-kata penunjuk kekerabatan sebagai sapaan huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
       Kapan Bapak berangkat?
       Apa kabar,Dik?
       Surat Saudara sudah saya terima?
       Besok Paman akan datang.
       Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
 Tetapi huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
       Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
       Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
       Semua camat dalam kabupaten itu hadir.
5.2 Penulisan huruf miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:
(1)menuliskan nama buku,majalah dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh:
       Negarakertagama karangan prapanca.
       Majalah bahasa dan kesusastraan.
       Surat kabar fajar.
(2)menegaskan atau mengkhususkan huruf,bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh:
       Bab ini tidak membicaran penulisan huruf kapital.
       Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
(3)menuliskan kata nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
       Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata "penataran" untuk kata up-grading?
       Buah manggis nama ilmiahnya adalah gareina mangostana.
       Weltanschauung diterjemahkan "pandangan dunia"
Catatan:
      Dalam tulisan tangan atau ketikan manual huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis dibawahnya.

6.Penulisan Kata
  Kaidah penulisan kata yang diatur dalam buku pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan berjumlah 22 kaidah.Berikut ini akan dijelaskan beberapa kaidah yang sering ditemukan ketidakpatuhan dalam penulisannya.Kesalahan penulisan muncul karena kurangnya pengetahuan penggunaan bahasa indonesia mengenai kaidah ejaan.oleh sebab itu,pengguna bahasa perlu diberikan penjelasan yang memadai mengenai cara penulisan kata.
6.1 Penulisan kata turunan
      Unsur-unsur imbuhan pada kata turunan ,yaitu awalan (prefiks),sisipan (infiks),akhiran (sufiks) dan kombinasi awalan dan akhiran (konfiks) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.Kalau bentuk yang mendapat imbuhan itu berupa gabungan kata,awalan dan akhiran itu ditulis serangkai dengan bentuk gabungan tersebut.
Contoh:
       sebar                     tanggung jawab
       disebar                   bertanggung jawab
       Sebarkan                 tanggung jawabkan
       disebarkan                pertanggungjawaban
6.2 Penulisan kata ulang
     Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-).Pengguna angka(2) untuk menyatakan bentuk pengulangan hendaknya dihindari,
Contoh:
       sayur-sayur                   bersahut-sahut
       sayur-sayuran                 sahut-menyahut
       mayur-mayur                  bersahut-sahutan
     Ada juga bentuk pengulangan yang berasal dari bentuk dasar kata gabung atau lazim disebut kata majemuk.Pengulangan bentuk seperti ini, yang diulang hanya bagian yang pertama sedangkan bagian yang kedua tidak diulang.
Contoh:
       Bentuk dasar                   Bentuk pengulangan
       mata pelajaran                  mata-mata pelajaran
       rumah sakit                     rumah-rumah sakit
       kereta api                       kereta-kereta api
6.3 Gabungan kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah bagian-bagiannya.Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri dan hanya muncul dalam bentuk kombinasi, penulisannya harus diserangkaikan.
Contoh: 
       Kata gabungan                  Kata kombinasi
       duta besar                      pancasila
       mata pelajaran                 tunawisma
       model linear                   antarkota
       persegi panjang                nonkolaborasi

                Sejalan dengan bentuk diatas, bentuk Mahakuasa, Mahamulia (sifat Tuhan) ditulis serangkai karena maha sebagai unsur berikat yang diikuti bentuk  dasar (kecuali bentuk Maha Esa) . Kalau bentuk yang mengikutinya bukan bentuk dasar, melainkan bentuk turunan penulisannya dipisahkan.
Contoh :
                Mahatahu                                           Maha Mengetahui
                Mahakasih                                          Maha Pengasih
                Mahadengar                                      Maha pendengar
                Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata (sudah padu) ditulis serangkai seperti apabila, manakala, daripada, matahari, padahal,dan  bumiputra . Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah baca atau salah pengertian, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan.
Contoh :
                buku-sejarah baru
                buku sejarah-baru
                alat pandang-dengar
                ibu-bapak
6.4 Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
                Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya sedangkan ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
                Apa yang kumiliki boleh kau ambil
                Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6.5 Kata Depan di, ke, dan dari
                Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Kata depan di, ke , dan dari selalu diikuti kata benda yang fungsinya menunjukkan tempat atau arah.
Contoh :
                di kampus           ----         ke kampus          ----          dari kampus
                di rumah              ----         ke rumah             ----         dari rumah
                di sana                  ----         ke sana                 ----         dari sana
                di samping          ----         ke samping         ---- dari samping
                                Cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui kata depan di, ke, dan dari adalah dengan menggunakan kata tanya di mana, ke mana, dan dari mana,
Semua pertanyaan tersebut mengacu pada tempat atau arah.
Contoh :
                di mana                                jawabannya       di kampus atau di sana
                ke mana               jawabannya       ke kampus atau ke sana
                dari mana            jawabannya       dari kampus atau dari sana
                Pemakai bahasa Indonesia kadang masih belum dapat membedakan penggunaan kata depan di dan ke yang penulisannya dipisahkan dengan kata yang mengikutinya dengan bentuk di-, dan ke-, sebagai awalan yang ditulis serangkai . Awalan di- membentuk kata kerja yang memiliki pasangan atau dapat dipertukarkan dengan awalan me-.
Contoh :
                diteliti                   ----         meneliti
                dianalisis              ----         menganalisis
                ditulis                    ----         menulis
Awalan ke- sering dipakai bersama dengan akhiran –an membentuk kata benda atau sifat/keadaan.
Contoh :
                ketua                    ----         ketuaan
                kesatu                  ----         kesatuan
                Ada hal yang perlu mendapat perhatian serius mengenai penulisan dan penggunaan kata depan di dan ke, yaitu kedua kata depan itu tidak dipakai :
(1) di depan kata ganti orang
      Misalnya : di saya, di teman, atau ke saya, ke teman; dalam hal ini kata depan yang dipakai adalah pada, misalnya pada saya atau pada teman.
                (2) di depan kata keterangan waktu
      Misalnya : di bulan puasa atau ke bulan puasa ; di saat itu atau ke saat itu; di malam Minggu atau ke malam Minggu ; dalam hal ini kata depan yang
      dipakai adalah pada, misalnya pada malam Minggu, pada saat itu, pada bulan Puasa.
7. Partikel lah, kah, tah, pun, dan per
                Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
                Bacalah buku itu baik-baik!
                Apakah yang tersirat dalam surat itu?
                Siapatah gerangan dia?
                Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya . Partikel pun ditulis terpisah karena hampir sama dengan bentuk kata lepas yang mempunyai makna juga .
Contoh :
                Apapun yang dimakannya, ia tetap kurus.
                Hendak pulang pun, sudah tidak ada kendaraan.
                Jika kakak pergi, adikpun ingin pergi.
                Kata-kata berikut sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai : adapuun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, ataupun, meskipun, sekalipun, sesungguhnya, walaupun . Kata-kata tersebut berfungsi sebagai kata penghubung (konjungsi).
                Partikel per yang berarti ‘mulai’ , ‘demi’ , dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Contoh :
                Undang-undang baru ini berlaku per Januari 2008.
                Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
                Harga buku itu Rp. 50.000,00 per eksamplar.
8. Angka dan Lambang Bilangan
                Kesalahan yang sering muncul dalam penggunaan angka dan bilangan adalah penulisan bilangan tingkat . Kadang-kadang pengguna bahasa tidak dapat membedakan cara menggunakan angka Romawi dengan angka biasa (angka Arab) . Kalau kita menggunakan angka Romawi, penulisannya tidak menggunakan awalan ke- . Kalau kita menggunakan angka Arab harus disertai awalan ke- . Selain kedua cara itu, masih ada cara lain yang digunakan, yaitu semua bilangan              tingkat itu ditulis dengan huruf (kata).
Contoh :
                Salah                                                     Benar
                Perang Dunia ke II                           Perang Dunia II
                                                                                Perang Dunia ke-2
                                                                                Perang Dunia kedua
                Abad ke-XXI                                       abad XXI
                                                                                abad ke-21
                                                                                abad kedua satu
                Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara seperti berikut ini.
Contoh :
tahun 50-an                        atau                       tahun lima puluhan
uang 5000-an                     atau                       uang lima ribuan
lima uang 1000-an            atau                       lima uang seribuan
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf kecuali jika lambang beberapa bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
Contoh :
                Kami menonton drama itu sampai tiga kali.
                Ibu membeli lima belas ekor ayam.
                Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang memberikan surat setuju, 15 suara tidak setuju, dan 5 suara blangko.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf . Jika perlu susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Contoh :
Lima belas anggota tidak hadir,
Bukan : 15 anggota tidak hadir
Kami mengundang 250 orang tamu
Bukan : 250 orang tamu kami undang . Atau
Bukan : Dua ratus lima puluh orang tamu kami undang

Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh :
Perusahaan kami baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Kecuali dalam dokumen resm, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.

Contoh :
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai
Bukan : Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah
Bukan : Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima)

EJAAN BAHASA INDONESIA
(PENULISAN UNSUR SERAPAN, SINGKATAN DAN TANDA BACA)

Pendahuluan
Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik benar juga ditentukan oleh kecermatan penulisan unsur serapan, singkatan , dan ketetapan penggunaan tanda baca. Ketidakcermatan penulisan unsur serapan, singkatan dan ketidaktepatan penggunaan tanda baca dapat mengakibatkan pembaca atau lawan bicara tidak dapat mengerti maksud (isi) pembicaraan. Sehubungan dengan itu, pengunaan bahasa juga harus cermat dan tepat menggunakan ketiga aspek kaidah ejaan tersebut. Untuk mengetahui kaidah penulisan unsur serapan, singkatan, dan tanda baca, berikut ini dijelaskan beberaa kaidah yang bertalian dengan ketiga aspek ejaan tersebut.
penulsan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak menyerap unsur dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan itu ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisnnya dan ada pula yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskna secara singkat hal-hal yang berhubungan dengan kaidah penyerapan yang disertai dengan sejumlah contoh.
Penyerapan secara Alamiah
Kata-kata asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia yang lazim dieja dan dilafalkan dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan. Penyerapan seperti ini dikategorikan sebagai penyerapan secara alamiah.
Contoh:
Abjad                                mode                    badan                   potret
Ilham                 sehat                     perlu                     arloji
Sirsak                                hikayat                                meja                      listrik
Abad                 radio                     kitab                     imitasi
Kabar                                orator                   minggu                                supir

Penyerapan seperti Bentuk Asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap kedalam bahasa Indonesia dapat dipakai dalam bahasa Indonesia dengan jalan masih mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Jadi, pengucapan kata tersebut masih seperti bentuk asalnya. Penyerapan seperti ini tidak terlalu banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
Shuttle cock                                   outside
Cum laude                                      bridge
De facto                                                           hockey
Curriculum vitae                          status quo

Penyerapan dengan Terjemahan
Penyerapan unsur bahasa asing kedalam bahasa Indonesia dapat dilakukan melalui penerjemahan kata-kata asing tersebut. Penerjemahan ini dilakukan dengan cara memilih kata-kata asing tertentu kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Penyerapan ini dapat berupa satu kata asing dipadankan dengan satu kata atau lebih dalam bahasa Indonesia.
Comtoh :
Kata asing                                                                       Terjemahan Indonesianya
Volcano                                                                                           Gunung api
Feed back                                                                       Umpan balik (balikan)
Medical                                                                                            Pengobatan
Take off                                                                                           Lepas landas
Point                                                                                  Butir
In put                                                                                                Masukan
Out put                                                                                             Keluaran

Penyerapan dengan Perubahan
Unsur bahasa asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia ada yang penulisan dan pelafalannya diseesuaikan dengan sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Dengan demikian, benruk asalnya akan mengalami perubahhan setelah diserap kedalam bahasa Indonesia. Dalam penyerapan ini, perlu diusahakan agar ejaan dan lafal asing (asal) hanya dapat diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Hal ini dilakukan agar bahasa Indonesia dalam perkembanganannya memiliki ciri umum (internasional).
Dalam buku Pedoman Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyerapan dengan perubahan seperti ini diatur dalam sejumlah kaidah. Ada lima puluh tujuh ketentuan mengenai perubahan dan penyesuaian bunyi dari kata asing ke kata Indonesia. Contohnya dapat dilihat pada bentuk serapan berikut.

Bentuk Asal                   Bentuk Serapan              Bentuk Asal                     Bentuk Serapan
Octaaf                                              oktaf                                     quitancy                                     kuitansi
Haematite                       hemetit                                                structure                                    struktur
Construction                  konstruksi                          circulation                          sirkulasi
Accomodation              akomodasi                         acclamation                       aklamasi
Accent                                              aksen                                    charisma                    karisma
Technique                       teknik                                   check                                    cek
Effective                         efektif                                  system                                 sistem
Idealist                                             idealis                                  station                         stasiun
Geometry                        geometri                             fossil                                     fosil
Effect                                                efek                                                       central                         sentral
Komfoor                          kompor                                                phase                                    fase
Zoology                                           zoologi                                                aquarium                   akuarium
Gauverneur                    gubernur                             rhetoric                                       retorik
Cholera                                             kolera                                   institute                                      institut
Television                        televisi                                 exclusive                            eksklusif

Penyerapan akhiran asing
Di samping penyesuaian huruf dan bunyi pada kata-kata serapan, bahasa Indonesia juga mengambil akhiran-akhiran asing sebagai unsir serapan. Akhiran-akhiran asing itu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam bahasa Indonesia. Ketetntuan itu telah diatur dalam kaidah Ejaan yang Disempurnakan. Akhiran asing itu ada yang dieserap sebagai bagian kata yang utuh, seperti kata standarisasi disamping kata standar, kata implementasi disamping kata implemen,dan kata objektif disamping kata objek. Akhiran-akhiran itu antara lain -is, -isme, -al, -ik, -ika, -wan, -wati, -log, -tas, dan -ur.
Contoh:
Logis                                                      sukarelawan
Ekonomis                                             sukarelawati
Dualisme                                              dialog
Modernisme                        analog
Ideal                                                       kualitas
Struktural                                             universitas
Logika                                   direktur
Dialektika                                            faktur
Mekanik                                                struktur

Penulisan Singkatan dan Akronim
Singkatan dan akronim merupakan hasil proses pelepasan atau penanggalan bagian kata atau bagian-bagian dari gabungan kata sehingga menjadi sebuah bentuk singkat yang maknanya yang sama dengan bentuk utuhnya. Singkatan dan akronim ini cukup produktif digunakan dalam penulisan. Perbedaan kedua hasil proses pelepasan atau penanggalan ini dapat kita lihat pada uraian dibawah ini.
Singkatan
Yang dimaksud dengan singkatan adalah proses pemendekan yang dilakukan dengan pengekalan sebuah awal berupa huruf yang tidak membentuk kata. Karena proses pengekalan tidak membentuk kata, cara pelefalannya tetap disesuaikan dengan cara melafalkan abjad-abjad yang ada dalam bahasa Indonesia. Adapun penulisannya diatur dalam sejumlah kaidah, yaitu :
singkatan nama diri, seperti nama resmi keluarga lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, organisasi, instansi, lembaga, departemen, serta nama dokumen resmiyang diambil dari gabungan antara huruf pertama awal kata dengan huruf kapital dan tidak diikuti titik
Contoh :
DPR                                   PDI                                       TPI
RCTI                                 KTP                      SMU
Singkatan kata-kata umum yang terdiri dari tifa huruf ditulis dengan menggunakan huruf kecil dan diakhiri tanda titik.
Contoh :
dsb.                                                    dll.                                         dkk.
sst.                                                      sbb.                                       sda.
Singkatan kata-kata umum yang terdiri atas dua huruf, semuanya ditulis dengan menggunakan huruf kecil dan setiap huruf diikuti tanda titik.
Contoh :
n.                                                         d.a.                                        n.p.
a.l.                                                       u.b.                                        s.d.
Singkatan nama orang, gelar, serapan, jabatan, atau pangkat ditulis dengan huruf kapiral pada awal singkatan tersebut dan diikuti tanda titik.
Contoh :
R.A.Kartini                    Muh. Akil B.    Bpk.
Prof.                                   Let.                                                       Ir.
Singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, satuan mata uang, dan lambang kimia tidak menggunakan tanda titik.
Contoh :
Kg                                       cm                                          l (liter)
Rp                                       Cu                                          m (meter)

Akronim
Berbeda dengan singkatan , akronim merupakan hasil proses pembentukan yang membentuk kata sehingga dilafalkan seperti kata. Kaidah penulisan akronim juga diatue dalam sejumlah kaidah, yaitu :
Akronim nama diri yang berupa gabungan antara awal kata dengan awal kata dari deret kata semuanya ditulis dengan menggunakan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh :
LAN                  IKIP                     MUI
       SIM                      NIP                                       AFI
Akronim nama diri yang berupa gabungan antara suku kata dengan suku kata atau antara awal kata dengan suku kata dari deret kata diawali dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh :
Golkar                               Iwapi                    Unhas
Pertamina        Linud                   Sekjen
Akronim yang bukan nama diri dan berupa gabungan antara suku kata dengan suku kata atau antara suku kata dengan awal kata dari deret kata, semuanya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh :
pemilu                               rudal                     rapim
berno                 patas                     berdikari

Penggunaan Tanda Baca
Bahasa tulisan merupakan gambaran lisan. Bahasa lisan lebih lengkap jika dibandingkan dengan bahasa tulisan karena bahasa lisan masih dapat menghadirkan alat-alat bantu untuk membantu kelancaran komunikasi. Alat bantu yang dimaksud adalah gerak tangan, mimik, tekanan suara, atau alat bantu yang lain. Namun demikian, bahasa tulisan juga dapat menggunakan alat bantu sebagai pengganti alat bantu yang terdapat pada bahasa lisan, berupa tanda baca. Tanda-tanda baca itu sangat berarti dalam bahasa tulisan.
Penggunaan tanda baca yang tepat penting diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Banyak pengguna bahasa yang kurang mengindahkan kaidah tanda baca sehingga tulisan yang disusunnya tidak mencapai sasaran. Adanya penggunaan tanda baca yang tepat dapat membantu pembaca pembaca memahami tulisan dengan cepat. Sebaliknya, tidak adanya tanda baca atau tidak tepatnya penggunaan tanda-tanda baca dapat menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan, bahkan dapat mengubah pengertian kalimat.
Untuk mencapai kesempurnaan dalam berbahasa, khususnya dalam penggunaan bahasa tulisan, pengguna bahasa harus berupaya memahami aturan penggunaan tanda baca seperti yang terdapat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Untuk membantu memahami kaidah tanda baca tersebut, berikut ini akan diformulasikan secara singkat kaidah-kaidah yang dimaksud.
Tanda titik dipakai ada:
Akhir kalimat pernyataan;
Singkatan nama orang;
Singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan;
Kata atau ungkapan yang sudah sangat umum;
Dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan;
Memisahkan angka pukul, menit, dan detik yang menunjuk waktu, dan
Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Tanda titik tidak dipakai :
Untuk memisahkan angka ribuan atau jutaan yang tidak menunjukkan jumlah;
Dalam singkatan yang terdiri atas huruf awal kata, suku kata, atau dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat;
Dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang;
Pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, tabel, ilustrasi, dan
Dibelakang alamat pengirim.

Tanda koma dipakai :
Di antara unsur-unsur dalam suatu emberian;
Memisahkan kalimat yang setara;
Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat;
Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada posisi awal;
Dibelakang kata-kata seruan;
Memisahkan petikan langsung dari bagian luar
Diantara unsur kalimat yang ditulis berurutan;
Menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya;
Diantara tempat penerbitan, nama penerbitan, dan tahun penerbitan;
Diantara nama orang dan gelar akademik, dan
Untuk mengapit keterangan tambahan.

Tanda titik koma dipakai :
Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara, dan
Memisahkan kalimat yang setara didalam kalimat majemuk.

Tanda titik dua dipakai :
Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemberian, kecuali kalaurangkaian atau pemerian merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan;
Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian;
Dalam teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan dan
Diantara jilid atau nomor dan halaman, diantara bab dan ayat yang terdapat dalm kitab suci, atau diantara judul dan anak judul suatu karangan.

Tanda hubung dpakai :
Untuk menyambung suku-suku kata yag terpisah karena pergantian baris;
Menyambung awalan dengan bgian kata dibelakngnya, menyambung unsur kata ulang, dan
Menyambung awalan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke depan angka, angka dengan -an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan.

Tanda pisah dipakai :
Membatasi penyisipankata atau kalimat yang memberi keterangan atau penjelasan;
Menegaskan adanya oposisi, dan
Diantara dua bilengan atau tanggal yang berarti sampai dengan.

Tanda elipsis dipakai :
Menggambarkan kalimat yang terputus-putus, dan
Menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.

Tanda tanya dipakai :
Pada akhir kalimat, dan
Menyatakan kesangsian tentang sesuatu.

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang mengandung seruan atau perintah
Tanda kurung dipakai :
Mengapit keterangan tambahan;
Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan;
Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya didalam teks dapat dihilangkan, dan
;mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.

Tanda kurung siku dipakai :
Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang tertulis dalam naskahasli, dan
Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Tanda garis miring dipakai :
Pada penemoran surat, alamat, dan masa tahunan yang terbagi dalam dua tahun takwin, dan
Sebagai pengganti kata atau tiap.

Tanda petik tunggaldipakai :
Mengapit petikan dalam petikan lain, dan
Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata asing



            


Continue Reading...

Blogroll

About