Wednesday, April 19, 2017

SYAIR SYAHDU

.
                                      "Angan"
                                     muh.ryas

rindu
satu kata lima huruf dengan makna tak terbatas
kuhilangkan dengan seteguk miras
kunikmati gelas demi gelas
untukmu gadis bermuka majas

rindu
kujadikan kau sebagai ayunan
terkadang kau terlalu tinggi tuk buatku ketakutan
dan amat rendah tuk buatku sedikit nyaman
kau terlalu misterius,terhadap cinta yang tak beralasan

rindu
kukira kau sudah pulang
menyendiri disudut hitam yang mengkekang
tak lagi mengusik tuan yang berotak udang
memanjakan hati yang belum lupa akan seseorang

rindu
andai saja kau seorang perempuan
Kan kuangkat kau sebagai putri tak bertuan
namun sayang,kau hanya sebatas angan angan
tak berwujud tapi menyengsarakan.
Continue Reading...

Wednesday, April 12, 2017

EKSISTENSI SIRI’ NA PESSE DALAM PERANG ANTARA BONE DENGAN GOWA.



EKSISTENSI SIRI’ NA PESSE DALAM PERANG 
ANTARA  BONE DENGAN GOWA.


            Semenjak terjadinya pertumpahan darah yang begitu lama Gowa,sampai sekarang cerita tentang peristiwa – peristiwa yang terjadi saat itu 1666 masih terngiang sampai sekarang. Hal ini dilatar belakangi karena adanya dualisme pendapat tentang kepastian kebenaran dari kedua belah pihak.menurut buku “membaca Manusia Bugis-Makassar” perang antar suku ini dilatarbelakangi oleh ketidakterimaan oleh pihak yang merasa telah lama berada dibawah kekuasaan Gowa yang begitu menyesatkan .Arung Palakka muncul dengan berbagai persepsi akan keperkasaannya memberantas perbudakan yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa terhadap bangsa bugis. Dalam hal inilah yang dimaksud dengan perang atas dasar “siri’ na pesse”.
            Sosok Arung Palakka digambarkan sekilas saja dalam setiap teks sejarah versi pemerintah Indonesia. Versi demikian juga terang-terangan menyematkan gelar pengkhianat bangsa, akibat peran antagonis yang -sengaja- dilakoninya saat VOC berseteru dengan Kerajaan Gowa (Perang Makassar, 1666 – 1669). Sekitar empat abad lalu, Arung Palakka, Gowa, VOC, berperang demi kepentingan bangsanya masing-masing. Masa dimana Indonesia bahkan sebagai sebuah kata, belum pula lahir. Fakta sejarah ini terang benderang menolak keikutsertaan pemerintah Indonesia -di kemudian hari- untuk memberi tafsir, sebab menurut diktum sejarahwan JC Van Leur ; masa lalu tidak ditulis untuk dinilai dengan nilai masa kini.
Sering kali peringatan hari kemerdekaan oleh satu negara-bangsa, lebih menyerupai pesta perayaan atas kegetiran masa penjajahan. Mengorek luka-luka silam dipandang ampuh menjaga tetap awetnya kerekatan sebuah negara-bangsa merdeka. Dalam konteks Indonesia, dirgahayu kemerdekaan juga menjadi momentum pemerintah untuk mereproduksi –sekali lagi– perasaan senasib-sependeritaan satu bangsa yang dulu pernah dijajah oleh; Belanda. Dengan kata lain, citra Belanda sebagai musuh bersama cenderung lebih signifikan peranannya dibanding makna kemerdekaan itu sendiri dalam menjaga kelestarian imaji keIndonesiaan di sanubari seluruh warga negara.
Pada Perang Makassar, Kerajaan Bone di bawah pimpinan Arung Palakka bersekutu dengan Belanda untuk melawan Kerajaan Gowa. Pilihan yang sangat rasional mengingat Kerajaan Bone (Bangsa Bugis) saat itu tengah berada dalam cengkeraman penjajahan Kerajaan Gowa. Arung Palakka dalam kedudukannya sebagai pemimpin, pewaris tahta Kerajaan Bone – dari Kakeknya Raja Bone Ke- XI yang pertama memeluk Islam, La Tenri Ruwa Sultan Adam-. tak punya pilihan selain menempuh segala upaya guna merebut kembali kemerdekaan bangsanya (No nation is good enough to govern another nation),Termasuk upayanya mencari sekutu.
Di umur 11 tahun Arung Palakka menyaksikan sendiri Kerajaan Bone harus menanggung kekalahan dalam Beta Passempe’ (kekalahan di Passempe’) melawan kerajaan Gowa. Seluruh keluarga kerajaan termasuk dirinya (pewaris tahta kerajaan) diseret sebagai tahanan ke Ibukota kerajaan Gowa. Di usia 30-an tahun dia menyaksikan sepuluh ribu lebih rakyat Bone dijadikan penggali parit benteng pertahanan kerajan Gowa yang tengah bersiap memerangi Belanda. Siang malam, tanpa cukup makanan dan obat-obatan, rakyatnya bekerja dibawa dera cambuk penjaga yang kejam. Bahkan ayahnya, La Pottobune Datu Lompulle yang tidak tahan melihat kekejian itu, lalu mengamuk dan menewaskan beberapa prajurit Gowa, akhirnya dibunuh dengan cara dipukul memakai alu -karena besi enggan melukai tubuhnya-.
Derita sebagai bangsa terjajah membulatkan tekad Arung Palakka untuk bangkit melakukan perlawanan. Dengan talenta kepemimpinannya, ia mengorganisir 10.000 rakyatnya berhasil melarikan diri kembali ke negeri Bone. Sempat terjadi peperangan dua kali dalam pelarian itu. Namun balatentara Kerajaan Gowa yang besar & terlatih bukan tandingan rakyat Bone. Kondisi itu memaksa Arung Palakka mengambil keputusan berlayar menuju negeri Batavia. Di sana, dia mendengar para pedagang bangsa Belanda yang tergabung dalam Verenigde oos-indische Compagnie (VOC) -perusahan Hindia Timur Belanda yang didirikan tahun 1602- sedang mempersiapkan perang besar melawan Kerajaan Gowa demi memperebutkan jalur perdagangan rempah-rempah lansung dari sumbernya (Maluku). Menurut Arung Palakka, musuh lawanku adalah temanku. Belanda dan kerajaann Gowa akan berperang demi rempah-rempah. Arung Palakka demi kemerdekaan bangsanya.
Taktik Arung Palakka analog dengan taktik Raden Wijaya yang memanfaatkan jasa tentara Mongol untuk mengalahkan musuhnya, raja Daha (Jayakatwang) di tahun 1293, guna merebut kembali tahta Singhosari. Demikian pula Arung Palakka ‘memperalat’ Belanda. Bersama Cornelis Janszoon Speelman, laksamana VOC, mereka berhasil menundukkan benteng Somba Opu dan memaksa Raja Gowa ke – XV, I Mallombassi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Manngappe bergelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana menandatangani perjanjian Bungaya. Belanda berhasil menguasai jalur perdagangan rempah-rempah. Arung Palakka berhasil memerdekakan Kerajaan Bone (bangsa Bugis) dari penjajahn Gowa.
Bagiorang bugis hidup ini adalah harga diri dituntut untuk mengambil langkah menebus diri dengan menyingkirkan penyebab siri' yang merusak keseimbangannya sebagai manusia,  karena itu ia wajib menyingkirkan penyebab siri' di matanya sendiri dan di mata masyarakatnya.  Masyarakat mengharapkan seseorang yang telah dibuat siri' (masiri') mengambil tindakan karena dirasakan lebih baik mati mempertahankan harga diri (imate ri siri’na) dari pada hidup tanpa harga diri (mate siri’).Mati mempertahankan siri’ adalah mate rigollai mate ri santangi atau menjalani kematian yang manis.
Ketika seseorang telah melangkah mengambil tindakan  untuk mempertahankan merebut nhargadiribagi siri’maka proses awal menyejarah dan seseorang telah dimulai,  Bugis inilah yang sangat penting Jika Teuku Umar yang aru dalam Perang Aceh adalah menjadi sangat penting karena i berhasil menjangkau tujuan akhir perjalanan sejarah dal pandangan masyarakatnya,  dalam pandangan filsafat sejarah Aceh,  Sahid.  Maka Arung Palakka yang larut dalam Perang Makassar menjadi pula sangat peoting karena ia telah mengawali keterlibatannya dalam sejarah,  melalui pintu yang paling hakik menurut filsafat sejarah Bugis.  Hal ini sangat penting karena sin adalah awal segala-galanya dan pemulihan dan penjagaan din adalah pula akhir dari perjalanan sejarah.  Karena menjaga sin adalah hakikat dari sebuah kewiraan.  Beberapa saat setelah bobolnya Somba Opu tgl.  21 Juni 1669 yang menandai runtuhnya Kerajaan Gowa,  Arung Palakka bertanya kepada orang-orang Bone:
 "Wahai orang Bone,  kita telah diberi oleh Tuhan yang kita minta,  dan sekarang apa gerangan yang ada dalam pemikiran-  mu.  Orang Bone mengatakan,  kami in membalas perlakuan orang-orang Makassar terhadap orang Bone"  Bertanya pula Palakka kepada orang-orang Bone:  Sewaktu kalian ber Arung perang apa yang kalian inginkan dalam hati,  yang kamiinginkan kata orang Bone ialah mengalahkan dan akan membalas tindakan dan perbuatan orang-orang Makassar terhadap kami.  Arung Palakka berkata yang mana lebih baik jika kalian yang membalas atau Tuhan Yang Maha Kuasa,  dan orang Bonepun menyerahkan pembalasan itu kepada Tuhan”
Melalui pernyataan yang luhur ini tak dapat diragukan lagi, bahwa keterlibatan Arung Palakka dan orang-orang Bonedalam perang adalahpemulihan harga diri, siri’. Keduanya oleh satu hubungan emosional yang amat dalam pesse.
Nah itulah tadi sekelumit kisah dari peperangan panjang yang dialami oleh dua kerajaan besar, yaitu kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa.yang menurut saya ini adalah perang yang dilandasi dengan pemulihan “siri’ na pesse”
Muhammadryas,04 April 2017.

 maaf jika ada kesamaan dengan artikel artikel yang lain, tulisan ini juga butuh dikritik habis habisan oleh para pembaca.terimakasih.





Continue Reading...

Blogroll

About